TBM HARAPAN BANGSA
WAHANA KOMUNIKASI DAN SILATUROHMI TAMAN BACAAN MASYARAKAT TBM HARAPAN BANGSA KLEDUNG KRADENAN RT 02 RW 09 BANYUURIP PURWOREJO JAWA TENGAH 54171
Minggu, 25 Maret 2018
SEBUAH PERJALANAN KE PERPUSNAS RI SALEMBA JAKARTA
Sore ini hari Senin, 5 Februari 2018 selepas dhuhur saya ijin dari urusan kantor, untuk siap siap berangkat ke Jakarta memenuhi undangan dari Kantor Perpustakaan Pusat Nasional Republik Indonesia di Jalan Salemba Jakarta Pusat, guna penandatanganan Berita Acara Penyerahan Bantuan Buku Bacaan untuk Perpustakaan Komunitas Tahun 2018. Ohya kami pada bulan Januari 2018 melalui sahabat kami Mas Andri Wijaya, Pegiat Literasi di TBM Mangunrejo Desa Susuk Ngombol telah mangajukan proposal bantuan buku bacaan ke Perpusnas RI di Jakarta. Alhamdulillan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk direalisasikan.
Dengan hati berbinar binar kami bertiga, saya, Mas Andri dan satu temannya Mas Andri berangkat ke stasiun Kutoarjo. Jam 15.30 KA Bogowonto telah datang dan kami segera naik ke gerbong delapan.
Walaupun kelas Ekonomi tapi alhamdulillah, suasana di dalam kereta api terasa nyaman, bersih dan yang penting bebas asap rokok. Tengah malam jam 23.30 kami sampai ke Stasiun Jatinegara. Setengah jam kemudian dengan memakai Jasa Grabe Car, kami menuju ke rumah Pakdhe-nya Mas Andri di kawasan elit Kelapa Gading Jakarta. Alhamdulillan kami dapat beristirahat dan bermalam di rumah yang sangat bagus, dan disambut dengan ramah oleh keluarga Pakdhe-nya Mas Andri.
Pagi hari sebelum jam sembilan, sarapan pagi telah disediakan tuan rumah. Jam sembilan pagi kami dengan jasa grabe-care menuju Kantor Perpusnas Jalan Salemba Jakarta. Satu jam lebih perjalanan kami ke kawasan Salemba, diiringi dengan derasnya hujan, tapi alhamdulillah sampai kawasan Salemba tidak hujan sama sekali.
Di Gedung megah Perpusnas Salemba Jakarta, kami menuju ke Gedung D menemui Pak Supriyono Pustakawan Utama di Kantor Perpusnas RI yang menjadi rujukan kami dalam mengajukan proposal. Pak Pri, demikian kami memanggilnya, kelahiran Kliwonan Banyuurip tapi besar di Yogyakarta ini, pernah mengisi acara di Pendopo Kabupaten Purworejo pada Kegiatan Gerakan Indonesia Membaca pada Tahun 2017 yang digelar oleh Perpusnas Jakarta bekerja sama dengan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Purworejo.
Hampir satu jam kami diterima Beliau dengan penuh keramahan, banyak wejangan dan nasehat yang Beliau sampaikan kepada kami untuk memecut kami semua agar lebih giat dalam menggerakkan dunia Literasi di Kabupaten Purworejo. Setelah itu Beliau mengarahkan kami untuk ke Gedung E, ke Bagian yang mengurusi bantuan buku.
Di Gedung E, kami harus bersabar menunggu, alhmamdulillah banyak warga asal Purworejo yang bekerja di Perpusnas, diantaranya Bu Widiyastuti yang asli Desa Bojong Kecamatan Ngombol. Setelah satu jam menunggu, akhirnya Berita Acara Serah Terima Bantuan Buku Bacaan untuk Perpustakaan Komunitas kami tanda tangani. Alhamdulillah 500 eksemplar buku bacaan siap dikirim ke Purworejo. Disela sela menunggu Berita Acara ditandatangani oleh Pejabat Perpusnas,kami ditraktir makan siang oleh Bu Widi di Kafetaria, ah betapa baiknya warga Purworejo ketika bertemu diperantauan.
Kami pun browsing internet untuk mencari jasa pengiriman paket, alhamdulilllah ketemu Dakota Cargo, yang bersedia jemput barang dan tarif pengiriman yang boleh dibilang sangat murah. Dengan 500 paket buku bacaan yang dikemas dalam empat kardus besar dan satu kardus kecil total lebih dari 300 kg dengan tarif yang tidak sampai 400 ribu rupiah termasuk ongkos jemput, maksimal tiga hari sampai.
Setelah puas di Kantor Perpusnas Salemba, kami berniat mengunjungi Gedung Perpusnas RI di Kawasan Medan Merdeka, Jam 15.00 sore kami melaju dengan grabe-care, satu jam tepat kami sampai ke Medan Merdeka, tapi sayang jam 16.00 Perpusnas Medan Merdeka telah tutup. Sangat kecewa kami karenanya.
Dari kawasan Medan Meredeka, kami langsung ke Stasiun Senen Jakarta Pusat. Lama juga kami harus menunggu di stasiun Senen, karena jadwal Kereta Api Bogowonto yang akan membawa kami pulang ke Purworejo baru akan berangkat jam 21.30 an malam. Tapi tidak apa apa, kami bisa lebih punya waktu untuk menikmati suasana malam Ibu Kota.
Tepat jam 21.30 KA Bogowonto membawa kami pulang ke Purworejo. Tidak membutuhkan waktu yang lama, tidak sampai satu jam, kami pun tertidur pulas di dalam kereta, dan baru bangun dari mimpi indah ketika sudah sampai Stasiun Gombong. Ah sebentar lagi sampai, gak sampai jam enam pagi kereta api pun dah sampai di Stasiun Kutoarjo. Alhamdulillah perjalanan panjang ini selesai dan kami harus berjibaku karena jam 07.30 harus sudah masuk kantor lagi.
Alhamdulillah hari Kamis sore paket sudah mendarat di Dakota Cargo Kantor Perwakilan Purworejo di Jalan Brigjend Katamso selatan Polsek Kota. Tapi belum bisa segera diantar karena drivernya baru keluar kota dan paket baru bisa diantar hari selasa depannya. Tapi berkat kebaikan Mas Andri, hari kamis sore paket bisa kami ambil dengan mobilnya Mas Andri dan atas kebaikannya pula Mas Andri bersedia mengantar ke rumah kami.
Terimakasih Mas Andri, terimakasih Pak Priyono dan Bapak Ibu Pejabat dan Staf di Perpusnas RI Salemba atas bantuannya untuk TBM Harapan Bangsa.
Kantor BPPKAD Kabupaten Purworejo, 26 Maret 2018 jam 08.50 WIB.
Minggu, 13 Agustus 2017
Upaya Pemerintah Kabupaten Sragen dan Masyarakat Tingkatkan Ketersediaan Buku Bacaan
Perpustakaan keliling di Sragen turut tingkatkan budaya baca.
Upaya pembiasaan dan keteladanan banyak dilakukan oleh instansi-instansi terutama sekolah baik di tingkat dasar hingga menengah. Pembiasaan dilakukan dengan memberlakukan jam membaca bagi siswa dan guru, penyediaan sudut baca, penulisan resume hingga pemberian reward bagi siswa yang banyak menuliskan resume dalam kurun waktu tertentu. Penyediaan sudut-sudut baca juga banyak dilakukan oleh instansi lain seperti dinas kesehatan dan rumah sakit, kelurahan/kantor desa dan beberapa instansi lain yang banyak melakukan pelayanan publik serta Perpustakaan Daerah dengan perpustakaan kelilingnya.
Upaya yang ketiga untuk benar-benar mewujudkan kabupaten literasi adalah suplai buku. Hal ini dirasa sangat penting bagi pemerintah Kabupaten Sragen sehingga pemeritah Kabupaten Sragen melakukan beberapa hal sebagai berikut :
1. Pembangunan perpustakaan di 11 titik dengan nilai masing-masing adalah Rp 120.000.000 untuk pembangunan /rehab gedung, mebel dan pengadaan buku-buku perpustakaan menggunakan dana APBN 2016.
2. Memberikan bantuan berupa buku perpustakaan non pelajaran di 38 SD senilai Rp 2.190.766.000 di tahun 2016.
3. Sekolah-sekolah memberlakukan pengadaan buku fiksi untuk sudut baca sebesar 5% dari BOS untuk penambahan koleksi buku perpustakaan sesuai dengan petunjuk BOS tahun 2016. Hal ini juga ditekankan oleh Bupati Sragen dalam pembukaan Sragen Book Fair pada tanggal 14 Agustus 2016.
4. Penambahan buku-buku dari Perpustakan Nasional ke Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen. Penambahan buku tahun ini bertepatan dengan Safari Gerakan Nasional Gemar Membaca di Kabupaten Sragen Tahun 2016 pada tanggal 4 Agustus 2016 di Pendopo Sumonegaran – Rumah Dinas Bupati Sragen yang diselenggarakan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Sragen dengan tema “Membangun Karakter Bangsa Melalui Gemar Membaca Dengan Memberdayakan Perpustakaan” untuk meningkatkan minat baca di masyarakat. Kegiatan tersebut diikuti Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), guru, pustakawan, pegiat taman bacaan, pemerhati perpustakaan, LSM, organisasi profesi, Tim Penggerak PKK, tokoh agama dan tokoh masyarakat.
5. Upaya penyediaan buku murah yang dilaksanakan oleh Perpusda bekerjasama dengan Gramedia dalam kegiatan Sragen Book Fair bertempat di Gedung Kartini Kabupaten Sragen, sejak tanggal 25 Agustus 2016 sampai 8 September 2016. Dalam kegiatan ini disediakan berbagai macam buku baru dan murah yang diharapkan mampu meningkatkan Budaya Membaca Masyarakat di Kabupaten Sragen, sekaligus meningkatkan Apresiasi Masyarakat terhadap Dunia Perbukuan di Tanah Air. Demikian menurut Kepala Perpusda Kabupaten Sragen Ibu Dra Tri Andiyas Wororetno. Sragen Book Fair 2016 juga dimanfaatkan Kepala Sekolah dan Kepala Desa, untuk menambah koleksi buku di perpustakaan sekolah dan perpustakaan desa, sebagai salah satu bagian dari gerakan Sragen sebagai Kabupaten Literasi.
6. Upaya penambahan buku di perpustakaan desa juga sudah dilakukan sejak tahun 2011, dengan diterbitkannya Surat Edaran (SE) Bupati Sragen Nomor 041/250/036/2011 tentang alokasi dana desa bagi pengembangan perpustakaan desa. Surat edaran ini merupakan tindak lanjut dari Surat Edaran (SE) Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor : 143/161/PMD/2011, tanggal 10 Januari 2011. SE Kemendagri ini memberikan legalitas bagi penggunaan Alokasi Dana Desa untuk pemberdayaan perpustakaan desa. Prioritas penggunaan anggaran adalah untuk pengadaan buku dalam rangka memenuhi standar koleksi ideal. Koleksi perpustakaan desa menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah minimal 1.000 judul. Kebijakan tersebut sangat mendukung deklarasi Sragen sebagai Kabupaten Literasi.
Selain upaya pemerintah kabupaten yang sangat gencar dalam meningkatkan jumlah buku bacaan, masyarakatpun termotivasi untuk mengupayakan ketersediaan buku secara mandiri. Beberapa hal yang dilakukan masyarakat secara mandiri adalah sebagai berikut:
1. Sumbangan buku dari masyarakat untuk perpusda pada saat deklarasi Kabupaten Literasi. Pada saat deklarasi Kabupaten Sragen sebagai Kabupaten Literasi masyarakat dihimbau membawa buku bacaan yang akan dibaca pada saat membaca bersama di alun-alun Kabupaten Sragen, setelah dibaca buku-buku tersebut disumbangkan kepada Perpusda Kabupaten Sragen.
2. Banyak sekolah memprogramkan: siswa yang lulus memberikan buku bacaan ke sekolah. Hal ini sudah dilakukan di banyak sekolah baik tingkat SD, SMP maupun SMA. Buku-buku yang disumbangkan berupa buku bacaan yang akan menambah koleksi perpustakaan sekolah.
3. Upaya penyediaan buku bacaan juga dilakukan oleh Rumah Zakat, di mana Rumah Zakat menyediakan perpustakaan keliling dengan sebuah mobil yang dinamakan mobil Juara Rumah Zakat. Selain menyediakan buku-buku bacaan, Rumah Zakat juga menyelenggarakan berbagai lomba menarik bagi siswa-siswa di sekolah yang dikunjungi.
http://prioritaspendidikan.org/id/post/1259/upaya-pemerintah-kabupaten-sragen-dan-masyarakat-tingkatkan-ketersediaan-buku-bacaan
Kamis, 10 Agustus 2017 | 09:22 WIB
Sahabat Perpustakaan Antarkan SDN Temas 1 Juara Nasional
Siswa sedang membaca di perpustakaan sekolah yang nyaman.
Segala upaya dia lakukan, mulai pembenahan fisik, sarana, dan pembelajaran. Salah satunya adalah perpustakaan. Kegiatan budaya baca mulai diberlakukan di semua kelas tanpa kecuali setelah mendapat pelatihan dari USAID PRIORITAS. “Begitu pulang dari pelatihan, besoknya saya langsung berbenah dengan menerapkan ilmu dari USAID PRIORITAS ke sekolah,” terangnya.
Dia bersama para guru membuat pojok-pojok baca diletakkan di setiap sudut kelas dengan beragam koleksi buku yang diambil dari buku-buku perpustakaan. Ada pula rak-rak buku yang diletakkan di depan setiap kelas. Perpustakaan juga dilakukan pembenahan total. Perpustakaan yang dulu hanya digunakan sebagai gudang buku difungsikan kembali dengan lebih maksimal. Dia mempekerjakan dua pustakawan yang khusus menjalankan program perpustakaan.
Salah satu program pustaka adalah 'sahabat perpustakaan'. Pustakawan memilih 25 anak yang menjadi sahabat perpustakaan. Mereka dipilih dari siswa yang sering berkunjung dan menghabiskan waktu istirahat dengan membaca di perpustakaan. Tugasnya, setiap pagi pukul 07.00 mereka mengambil buku di perpustakaan untuk dibawa ke rak depan setiap kelas. Buku tersebut ditata dengan rapi.
“Biasanya saat jam istirahat, buku-buku itu laris dibaca temanteman,” ungkap Caca Veronia Amanda Rasya, siswa kelas V yang menjadi salah satu sahabat perpustakaan. Sesaat sebelum pulang, para sahabat perpustakaan mengambil buku-buku tersebut dan mengembalikannya ke perpustakaan. “Beberapa teman ada yang pesan minta besoknya kami bawakan buku, misalnya buku resep atau buku tentang cerita rakyat,” ungkap Caca.
Rak buku oleh Mahmudah juga diletakkan di bawah pohon-pohon besar di halaman sekolah. Ada sekitar 5 pohon beringin ukuran sedang, di bawahnya terdapat tempat duduk dan rak-rak buku terbuat dari kayu. Tak hanya siswa saja, orang tua yang mengantar siswa ke sekolah dan menunggu juga menikmati beragam koleksi buku di perpustakaan 'pohon'.
Sementara itu di kelas-kelas, setiap pagi siswa melaksanakan program membaca senyap selama 15 menit. Usai membaca, mereka mengambil buku jurnal yang diletakkan di kantong-kantong buku jurnal di kelas. Selesai mengisi buku, salah satu dari mereka maju kedepan untuk menceritakan kembali isi buku. Siapa sangka, konsep ini berhasil mengantarkan sekolah ini menjadi juara I dalam Lomba Budaya Mutu SD tingkat nasional untuk komponen perpustakaan yang diadakan
Selasa, 09 Mei 2017 | 08:15 WIB
http://prioritaspendidikan.org/id/post/1196/sahabat-perpustakaan-antarkan-sdn-temas-1-juara-nasional
Kemendikbud di Balikpapan, Kalimantan Timur, pada Oktober 2016 lalu. (Dkd)Senin, 31 Juli 2017
PERJALANAN MENCARI CAHAYA
Sunday, June 4, 2017 http://kangeded.blogspot.co.id/2017/
PERJALANAN MENCARI CAHAYA - A True Storyy
"They READ it with their finger tips, while I could read nothing. I thought I
was A MOST BLIND among the blind people…”.
Rasakan cerita ini…
Rasakan cerita ini…
Awal
Mei 2017, sebuah info menyapa para kurir #SedekahRombongan Bekasi. Tentang dua bocah dhuafa yang
tak dapat melihat, berada di sebuah wilayah yang lumayan jauh dari tempat
saya tinggal. Tanggal 6 Mei 2017, saya dan rekan-rekan kurir mendatangi
kediaman dua bocah itu. Berbekal secarik alamat rumahnya, di Kp. Cempaka, RT
013/004 Desa Sirnajaya, Kec. Serang Baru, Kab. Bekasi. Setelah bertanya sana
sini, berjalan kaki kurang lebih 20 menit karena akses rumah keluarga itu tak
bisa dimasuki mobil. Menyusuri jalanan tanah yang untungnya tidak sedang musim
hujan. Desa yang lumayan tandus, dengan tingkat kemiskinan yang memprihatinkan.
Tibalah
kami di gubuk si miskin, sebuah rumah berlantai tanah, berdinding kayu dan
bilik, ada lubang besar di sana-sini, cahaya remang dan semerbak bau lembab
melengkapi kisah nyata ini. Masuk ke dalam tak kita dapati barang berharga
selain bale using, kami langsung diterima oleh Wawan (42) dan Kanah (33)
yang tak lain adalah kedua orangtua bocah malang ini.
Suami istri ini menetap di rumah yang kumuh bersama 3 orang anak dan dua di antaranya yang menjadi tujuan kedatangan Tim #SR. Di salah satu sudut rumah itulah duduk dua bocah yang hanya mengenakan kaus dalam, tatapannya kosong namun nampak waspada dengan raut ketakutan menyadari ada suara-suara asing yang hanya bisa mereka dengar. Ya, kedua anak ini buta sejak lahir. Dalam istilah kedokteran disebut katarak kongenital, yang dimungkinkan bisa terjadi sejak lahir tanpa menyebabkan nyeri.
Batin saya terkesiap,
jantung saya serasa berhenti berdetak. Menyadari dua kakak beradik ini, Wilda
Sari (7), dan Kandi Wijaya (5) telah melewatkan usia kanak-kanak mereka dalam
kegelapan tanpa cahaya. Mata saya basah… juga saya melihat dua rekan saya
yang lainpun ikut berkaca-kaca, kami merasa telah jatuh rasa melihat apa yang
diperlihatkan Tuhan di hadapan kami saat ini. Sebuah cermin terbalik dalam
kehidupan kita, saat anak-anak yang lain setiap saat dapat bermain, tertawa dan
berteriak gembira menyaksikan film kartun di televisi sementara kedua anak ini
bertahun-tahun tak mampu melihat warna dunia selain hitam.
Wawan
tak punya pekerjaan tetap, ia bekerja serabutan hanya untuk makan sekeluarga.
Sedangkan Kanah tak bisa membantu urusan nafkah karena keadaan dua buah hati
yang tak memungkinkan untuk ditinggal sendiri. Dalam harapannya, pasangan ini
ingin Wilda dan Kandi bisa hidup normal seperti anak-anak seusianya, dapat
bersekolah, bermain dan tumbuh menjadi anak sholeh dan sholehah. Namun apa
daya, mereka hanya seonggok benda yang mengisi ruang kelompok masyarakat miskin
negeri ini yang bermasalah dengan ekonomi. Mereka memilih diam pasrah sebagai
pengganti doa-doa yang tak terucap setiap saat.
Cerita pengobatan
mereka, awalnya pernah dibantu sebuah lembaga sosial untuk ihtiar kesembuhannya
3 tahun lalu ke sebuah Rumah Sakit di Bandung. Namun seperti biasa RS meminta
biaya untuk jaminan awal sebesar 5juta rupiah, spontan membuat keluarga ini
menyerah. Sejak itu mereka pasrah tak lagi akan berniat berobat, belum lagi
membayangkan biaya transportasi akomodasi yang menjadi beban paralel bagi
mereka. Mereka yang tak berpendidikan dan awam urusan birokrasi memilih
berhenti, sekalipun waktu berikutnya ada bantuan BPJS yang mereka tetap tak
mampu membayar iurannya dan terus berhutang pada pemerintah bukan seharusnya
pemerintah berhutang pada mereka.
Menutup
kunjungan kami di keluarga Wawan, Form Survey sudah lengkap kami isi sebagai
Standard Operation Procedure. Kami pamit dan langsung berdiskusi di jalan
pulang atas hasil Kick-Off meeting dengan Rakyat Miskin ini, mereka keluarga
baru kita yang wajib kita perhatiakan lebih manusiawi. Lanjut esoknya kita
memulai proyek langit ini, sebuah revolusi membantu dhuafa, mensukseskan
program pemerintah entaskan kemiskinan. Diawali dengan mengurus dan membayarkan
tunggakan BPJS, kembali mengantarkan observasi awal di RSUD Cibitung hingga
dalam hitungan hari berikutnya mereka sudah dirujuk ke RS Mata Cicendo Bandung.
Tanggal
11 Mei 2017, jam 03.00 dini hari, Mobil Tanggap Sedekah Rombongan (MTSR)
memulai kunjungan awal ke RS Cicendo Bandung membawa Wilda dan Kandi, saya
ingat betul betapa seluruh kurir #SRBekasi
begitu antusias memantau perkembangan kedua anak itu. Bocah malang yang telah
merebut hati, dengan keadaannya yang dhuafa lagi buta. Sambil menunggu
perkembangan mereka hari demi hari, bantuan para sedekaholics pun mulai
mengalir yang dititipkan kepada kurir #SR.
Baik itu berupa makanan atau pakaian untuk keduanya. Pada kunjungan ketiga 29
Mei 2017, Wilda dan Kandi diantar lagi ke Bandung dan ditampung di Rumah
Singgah Sedekah Rombongan (RSSR)
Jalan Sukajadi Bandung untuk kemudian masuk ke ruang isolasi bagi persiapan
operasi sebelah mata mereka pada 1 Juni dan naik kemeja operasi tanggal 2 Juni
2017.
Kemarin siang kami
mendapat kejutan dari Muhammad Amin - Driver MTSR Bekasi yang mendampingi
mereka dengan mengirimkan foto kedua bocah lucu itu usai dioperasi. Suasana
haru menyeruak di grup #SRBekasi
dan #SRDKIJaBarBanten menyaksikan senyum Wilda dan Kandi dengan mata yang masih
tertutup kasa. Kami juga melihat bagaimana air mata kedua orang tua bocah itu
tumpah dipelukan kurir #SR yang menjemput mereka kembali ke
Bekasi. Tangis haru dan bahagia menjadi satu, larut dalam rasa syukur yang tak
terukur, tak menyangka ketika keputus-asaan mereka yang hidup dalam kekurangan,
tak mungkin bisa membayangkan kedua buah hati tercinta mampu menemukan kembali
cahaya kehidupan mereka. Ternyata bukan cuma bayangan yang mereka temukan, tapi
sebuah kenyataan bahwa ada tangan-tangan yang Tuhan pilihkan telah sampai
kepada mereka. Menerbitkan harapan mereka dan kita yang selama ini telah padam.
Dadaku
berdegup kencang tak bisa menolak bahagia, terlebih untuk Wilda dan Kandi. Dua
bocah yang menempuh jalan panjang menemukan cahaya kembali, bersinarlah terus
wahai permata hati. Sambut masa depan yang cerah di depan sana yang telah
menanti, dunia kini milikmu. Perjalanan menemukan cahaya itu memang belum
berakhir, namun secercah cahaya ini adalah mentari pagi, yang akan disusul oleh
cercah sinar yang lebih terang lagi...
Terima
kasih para Kurirs dan Sedekaholics www.sedekahrombongan.com, semoga bantuan
kalian pada Wilda dan Kandi menjadi Pahala yang dahsyat di Ramadhan yang indah
ini...
"Tiada
satu hatipun yang tergetar, tanpa Allah mengetuknya... Seperti MATA kita,
takkan berfungsi tanpa Allah ciptakan cahaya. Begitupun AKAL takkan berfungsi
dengan baik tanpa Allah memberikan Rahmat-Nya..."
Contributor:
Suharna - Korwil SR Bekasi
Writter
: Sri Suharni Maks – Kurir SR Kab. Bekasi
Selasa, 25 Juli 2017
Merayakan Hari Buku Nasional
Setiap
tanggal 17 Mei diperingati sebagai Hari Buku Nasional. Tidak ada
perayaan besar-besaran untuk memeringatinya. Namun, perayaan Hari Buku
Nasional sudah dilaksanakan sejak 2002. Penentuan Hari Buku Nasional
adalah buah pemikiran Menteri Pendidikan dari Kabinet Gotong Royong,
Abdul Malik Fadjar (periode 2001-2004).
Penetapan Hari Buku Nasional menjadi
salah satu upaya pemerintah untuk memacu minat baca masyarakat
Indonesia, sekaligus menaikkan penjualan buku. Hal itu tak lepas dari
kondisi memprihatinkan di Indonesia, dimana rata-rata hanya 18 ribu
judul buku yang dicetak setiap tahunnya. Jumlah tersebut jauh di bawah
Jepang dengan 40 ribu judul buku per tahun atau China dengan 140 ribu
judul per tahun.
Gagasan ini juga diperlukan diperlukan
untuk meningkatkan minat baca dan angka melek huruf yang di Indonesia
yang masih rendah kala itu. Tingkat melek huruf di Indonesia pada orang
dewasa atau penduduk berusia di atas 15 tahun, menurut laporan UNESCO,
pada 2002 hanya 87,9 persen. Angka tersebut kalah jika dibandingkan
dengan negara tetangga seperti Malaysia (88,7 persen), Vietnam (90,3
persen), dan Thailand (92,6 persen) di tahun yang sama.
Menumbuhkan kebiasaan membaca buku
menjadi tantangan bagi bangsa ini. Namun, tantangan itu tetap harus
dihadapi bersama. Ini penting karena menyangkut kualitas hidup
masyarakat Indonesia.
Tantangan yang tengah dihadapi bangsa
ini, bukan lagi sekadar bagaimana agar seluruh penduduk negeri ini bisa
membaca, menulis, dan menghitung. Tantangan terbesar adalah menyiapkan
calon penerus bangsa ini menjadi menjadi generasi pemenang.
Untuk mewujudkan itu, ada tiga modal
utama yang harus dimiliki, yaitu literasi dasar, kompetensi utama, dan
karakter. Terkait literasi dasar, selain kemampuan baca tulis dan
hitung, juga harus dibarengi kemampuan literasi lainnya seperti literasi
IT, literasi sains juga literasi finansial, dan kemampuan literasi
lainnya yang sejalan dengan tuntutan jaman.
Modal berikutnya kompetensi yang
dibutuhkan di masa depan, yaitu kemampuan untuk berpikir kritis,
kemampuan untuk kreatif, kemampuan untuk berkomunikasi, kemampuan untuk
bekerja sama.
Menurut Supriyanto, Pustakawan Utama Perpustakaan Nasional, meningkatkan kegemaran membaca, dimulai dari menumbuhkan reading interest, reading habbit, reading culture, sampai reading skill. Sehingga pengetahuan yang diperoleh dari membaca menjadi ‘alat’ bagi untuk berdaya dan mencerdaskan kehidupan berbangsa.
Gratiskan Pengiriman Buku
Tahun 2017 atau 15 tahun peringatan Hari
Buku Nasional, upaya meningkatkan literasi masyarakat terus menggeliat.
Bahkan kian menggelora. Buktinya, bertepatan dengan peringatan Hari
Buku Nasional, Presiden Joko Widodo menepati janjinya saat bertemu
dengan para pegiat literasi yang diundangnya ke Istana, 2 Mei 2017.
Seperti dikutip Tempo.co,
Presiden Joko Widodo mengeluarkan kebijakan menggratiskan pengiriman
buku lewat kantor Pos Indonesia pada tanggal 17 setiap bulan. Kebijakan
menggratiskan biaya pengiriman buku ke daerah ini artinya pemerintah
menanggung biaya pengiriman buku tersebut. Upaya ini dilakukan untuk
memperkuat minat baca pada anak-anak.
"Sesuai dengan janji saya pada seluruh
pegiat literasi, pegiat minat baca, setiap bulan, ada satu hari kita
bisa mengirimkan buku ke pelosok Tanah Air lewat kantor Pos setiap
tanggal 17 itu digratiskan," kata Jokowi setelah memperingati Hari Buku
Nasional di halaman tengah Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 17 Mei
2017.
Khusus untuk bulan Mei ini, penggratisan
dilakukan pada tanggal 20. Untuk bulan-bulan berikutnya, pengiriman
buku gratis dilakukan setiap tanggal 17. Dia berharap upaya ini akan
memperkuat minat baca pada seluruh masyarakat, khususnya pada anak-anak.
"Tadi sudah saya telepon ke Menteri
BUMN, ke Kantor Pos, agar disediakan 1 hari saja untuk kirim buku itu
gratis. Sudah disetujui. Setiap bulan. Ini masukan, ini masukan dari
Bapak, Ibu para pegiat tadi, pegiat literasi agar nantinya kirim buku
antar pustaka ini lebih gampang, lebih mudah, dan tidak terbebani oleh
biaya," kata Jokowi saat bertemu pegiat literasi di Istana Negara, 2 Mei
lalu.
Pengiriman buku gratis ini, kata Jokowi,
akan membuat buku-buku yang dikirim ke daerah menjadi lebih murah.
"Karena kami tahu ongkos kirim dari kota ke desa, dari Jawa ke luar Jawa
lebih mahal dari harga bukunya," kata Jokowi.
http://donasibuku.kemdikbud.go.id/artikel/merayakan-hari-buku-nasional
Selasa, 18 Juli 2017
GELIAT GERAKAN INDONESIA MEMBACA dan KAMPUNG LITERASI 2017
GIM dan KL 2017 di 19 dan 34 Kabupaten/Kota
Upaya untuk meningkatkan minat baca dan menjaga agar kegiatan literasi terus berdenyut dalam kehidupan masyarakat terus dilakukan. Di tahun 2017 ini, Direktorat Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan (Dit. Bindiktara), Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan menyelenggarakan Gerakan Indonesia Membaca (GIM) dan Kampung Literasi (KL) di beberapa Kabupaten/Kota di tanah air. Sosialisasi dan bimbingan teknis bagi para penyelenggara GIM dan KL sudah dilakukan di Yogyakarta tanggal 22-24 Februari 2017 yang lalu. Kegiatan yang diikuti oleh dinas pendidikan dan penggiat literasi calon penyelenggara GIM dan KL ini dibuka secara resmi oleh Direktur Dit. Bindiktara, Dr. Erman Syamsudin dan menghadirkan beberapa narasumber. Kegiatan juga diperkaya dengan kunjungan dan Sarasehan Literasi yang dilakukan di Kampung Literasi Desa Kepek, Saptosari, Gunung Kidul Yogyakarta.
GIM yang dicanangkan pertama kali di tahun 2015 ini merupakan kegiatan membangun budaya baca masyarakat yang diselenggarakan secara lintas sektoral dengan melibatkan lembaga swasta, organisasi sosial, kemasyarakatan, keagamaan, kepemudaan, profesi, satuan pendidikan anak usia dini, satuan pendidikan nonformal, Taman Bacaan Masyarakat (TBM), dan forum-forum yang menjadi mitra dinas pendidikan. GIM bertujuan agar masyarakat dapat memperoleh informasi dan mengakses bahan bacaan yang dibutuhkannya dan bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup serta bisa menjadikannya sebagai pembelajar sepanjang hayat.
Sejak tahun 2016, penyelenggaraan GIM diperkuat dengan penyelenggaraan Kampung Literasi. Kampung Literasi adalah kawasan kampung yang digunakan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki pengetahuan dan pemahaman literasi yang luas. Kampung Literasi dengan berbagai kegiatan yang berkesinambungan merupakan upaya untuk menjaga agar kegiatan literasi di masyarakat terus berdenyut dan berkesinambungan. Kampung Literasi bisa menjadi tempat lahir dan tumbuhnya simpul-simpul masyarakat yang literat dan masyarakat yang dapat mengaplikasikan literasi dalam kehidupan sehari-hari (literasi yang kontekstual). Penyelenggaraan Kampung Literasi ini dirasa cukup tepat dengan kondisi geografis masyarakat Indonesia yang banyak bermukim di daerah-daerah dan melahirkan kampung-kampung yang maju dengan ciri khas serta kearifan lokalnya masing-masing.
Dalam paparan materi yang berkaitan dengan Kebijakan Dalam Pengembangan Budaya Baca, Dr. Samto (Kasubdit. Keaksaraan dan Budaya Baca) menyampaikan bahwa kunci keberhasilan dalam penyelenggaraan GIM adalah adanya sinergi antara para penggiat literasi dengan dinas pendidikan setempat. Penggiat literasi sudah bergerak di masyarakat. Kini, saatnya dinas pendidikan dan pemerintah untuk melibatkan diri dan memberikan dukungan kepada penggiat literasi.
Dr. Erman Syamsudin dalam sambutan dan arahannya dalam acara pembukaan, juga mengajak para penyelenggara Kampung Literasi untuk mulai menulis buku. Setiap Kampung Literasi dipacu untuk bisa menghasilkan minimal 5 buku dalam setahun dan menargetkan akan terbit 300 buku dari seluruh penyelenggara Kampung Literasi 2017. Target yang cukup menantang dan tentunya menjadi motivasi bagi para penggiat literasi untuk terus meningkatkan kemampuannya dalam menulis.
Materi lain yang disampaikan para narasumber dalam kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis tersebut adalah Sinergi (Upaya) Penerbit dan IKAPI Dalam Pengembangan Budaya Baca (disampaikan oleh Melvi, praktisi penerbit dan pengurus IKAPI), Sinergi Pengelola TBM dengan Pemangku Kebijakan (disampaikan oleh Dr. Firman Hadiansyah, Ketua Umum PP Forum TBM), Dasar-dasar Menulis (disampaikan oleh Yusron Aminulloh, penulis dan wartawan), Mekanisme Bantuan Pengembangan Budaya Baca (disampaikan oleh Moh. Alipi, Kasie Buda Baca Dit. Bindiktara), serta Membangun Budaya Literasi Masyarakat (disampaikan oleh Prof. Djoko Saryono, praktisi pendidikan). Dalam acara sarasehan literasi yang dipandu oleh Wien Muldian, Andriyanta, pengelola TBM Kuncup Mekar yang juga penggagas program one home one library di Kampung Literasi di Desa Kepek, Saptosari, Gunung Kidul Yogyakarta juga berbagi kisah dan perjuangannya membangun gerakan literasi di daerahnya serta memandu para peserta bimbingan teknis berkeliling desa.
GIM 2017 akan diselenggarakan di 19 Kabupaten/Kota dan KL 2017 akan diselenggarakan di 34 lembaga. Para calon penyelenggara GIM dan KL diminta untuk mengajukan proposal berdasarkan panduan dan petunjuk teknis yang sudah disampaikan dan diberikan dalam kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis. Berikut ini daftar rencana penyelenggaraan GIM dan KL 2017.
-Mel/88-
Upaya untuk meningkatkan minat baca dan menjaga agar kegiatan literasi terus berdenyut dalam kehidupan masyarakat terus dilakukan. Di tahun 2017 ini, Direktorat Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan (Dit. Bindiktara), Direktorat Jenderal PAUD dan Dikmas Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan akan menyelenggarakan Gerakan Indonesia Membaca (GIM) dan Kampung Literasi (KL) di beberapa Kabupaten/Kota di tanah air. Sosialisasi dan bimbingan teknis bagi para penyelenggara GIM dan KL sudah dilakukan di Yogyakarta tanggal 22-24 Februari 2017 yang lalu. Kegiatan yang diikuti oleh dinas pendidikan dan penggiat literasi calon penyelenggara GIM dan KL ini dibuka secara resmi oleh Direktur Dit. Bindiktara, Dr. Erman Syamsudin dan menghadirkan beberapa narasumber. Kegiatan juga diperkaya dengan kunjungan dan Sarasehan Literasi yang dilakukan di Kampung Literasi Desa Kepek, Saptosari, Gunung Kidul Yogyakarta.
GIM yang dicanangkan pertama kali di tahun 2015 ini merupakan kegiatan membangun budaya baca masyarakat yang diselenggarakan secara lintas sektoral dengan melibatkan lembaga swasta, organisasi sosial, kemasyarakatan, keagamaan, kepemudaan, profesi, satuan pendidikan anak usia dini, satuan pendidikan nonformal, Taman Bacaan Masyarakat (TBM), dan forum-forum yang menjadi mitra dinas pendidikan. GIM bertujuan agar masyarakat dapat memperoleh informasi dan mengakses bahan bacaan yang dibutuhkannya dan bisa dimanfaatkan untuk meningkatkan kualitas hidup serta bisa menjadikannya sebagai pembelajar sepanjang hayat.
Sejak tahun 2016, penyelenggaraan GIM diperkuat dengan penyelenggaraan Kampung Literasi. Kampung Literasi adalah kawasan kampung yang digunakan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki pengetahuan dan pemahaman literasi yang luas. Kampung Literasi dengan berbagai kegiatan yang berkesinambungan merupakan upaya untuk menjaga agar kegiatan literasi di masyarakat terus berdenyut dan berkesinambungan. Kampung Literasi bisa menjadi tempat lahir dan tumbuhnya simpul-simpul masyarakat yang literat dan masyarakat yang dapat mengaplikasikan literasi dalam kehidupan sehari-hari (literasi yang kontekstual). Penyelenggaraan Kampung Literasi ini dirasa cukup tepat dengan kondisi geografis masyarakat Indonesia yang banyak bermukim di daerah-daerah dan melahirkan kampung-kampung yang maju dengan ciri khas serta kearifan lokalnya masing-masing.
Dalam paparan materi yang berkaitan dengan Kebijakan Dalam Pengembangan Budaya Baca, Dr. Samto (Kasubdit. Keaksaraan dan Budaya Baca) menyampaikan bahwa kunci keberhasilan dalam penyelenggaraan GIM adalah adanya sinergi antara para penggiat literasi dengan dinas pendidikan setempat. Penggiat literasi sudah bergerak di masyarakat. Kini, saatnya dinas pendidikan dan pemerintah untuk melibatkan diri dan memberikan dukungan kepada penggiat literasi.
Dr. Erman Syamsudin dalam sambutan dan arahannya dalam acara pembukaan, juga mengajak para penyelenggara Kampung Literasi untuk mulai menulis buku. Setiap Kampung Literasi dipacu untuk bisa menghasilkan minimal 5 buku dalam setahun dan menargetkan akan terbit 300 buku dari seluruh penyelenggara Kampung Literasi 2017. Target yang cukup menantang dan tentunya menjadi motivasi bagi para penggiat literasi untuk terus meningkatkan kemampuannya dalam menulis.
Materi lain yang disampaikan para narasumber dalam kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis tersebut adalah Sinergi (Upaya) Penerbit dan IKAPI Dalam Pengembangan Budaya Baca (disampaikan oleh Melvi, praktisi penerbit dan pengurus IKAPI), Sinergi Pengelola TBM dengan Pemangku Kebijakan (disampaikan oleh Dr. Firman Hadiansyah, Ketua Umum PP Forum TBM), Dasar-dasar Menulis (disampaikan oleh Yusron Aminulloh, penulis dan wartawan), Mekanisme Bantuan Pengembangan Budaya Baca (disampaikan oleh Moh. Alipi, Kasie Buda Baca Dit. Bindiktara), serta Membangun Budaya Literasi Masyarakat (disampaikan oleh Prof. Djoko Saryono, praktisi pendidikan). Dalam acara sarasehan literasi yang dipandu oleh Wien Muldian, Andriyanta, pengelola TBM Kuncup Mekar yang juga penggagas program one home one library di Kampung Literasi di Desa Kepek, Saptosari, Gunung Kidul Yogyakarta juga berbagi kisah dan perjuangannya membangun gerakan literasi di daerahnya serta memandu para peserta bimbingan teknis berkeliling desa.
GIM 2017 akan diselenggarakan di 19 Kabupaten/Kota dan KL 2017 akan diselenggarakan di 34 lembaga. Para calon penyelenggara GIM dan KL diminta untuk mengajukan proposal berdasarkan panduan dan petunjuk teknis yang sudah disampaikan dan diberikan dalam kegiatan sosialisasi dan bimbingan teknis. Berikut ini daftar rencana penyelenggaraan GIM dan KL 2017.
No |
GIM |
KL |
1 |
Kabupaten Aceh Besar, Aceh |
TBM Ar Rasyid, Aceh |
2 |
Kota Medan, Sumatera Utara |
PKBM Hanuba, Medan, Sumatera Utara |
3 |
Kota Padang Panjang, Sumatera Barat |
Rumah Baca Togok, Padang Panjang, Sumatera Barat |
4 |
Kota Batam, Batam |
TBM Rumah Hitam, Batam |
5 |
Kabupaten Lubuk Linggau, Sumatera Selatan |
TBM Wahid 21, Lubuk Linggau, Sumatera Selatan |
6 |
Kabupaten Bangka Tengah, Bangka |
Rumah Baca Atap Langit, Bangka Tengah, Bangka |
7 |
Kabupaten Lampung Selatan, Lampung |
Motor Pustaka Rodaan Andalas, Lampung Selatan, Lampung |
8 |
Kodya Jakarta Timur, DKI Jakarta |
Kampung Buku, Jakarta Timur, DKI Jakarta |
9 |
Kabupaten Magelang, Jawa Tengah |
Omah Ngisor, Magelang, Jawa Tengah |
10 |
Kota Yogyakarta, DIY |
TBM Harapan, DIY |
11 |
Kabupaten Jombang, Jawa Timur |
RB MEP, Jombang, Jawa Timur |
12 |
Kabupaten Lombok Utara, NTB |
Klub Baca Perempuan, Lombok Utara, NTB |
13 |
Kabupaten Tabalong, Kalimantan Selatan |
Perkumpulan Pusaka, Tabalong, Kalimantan Selatan |
14 |
Kota Balikpapan, Kalimantan Timur |
TBM Annisa, Balikpapan Kalimantan Timur |
15 |
Kabupaten Poso, Sulawesi Tengah |
Sekolah Perempuan Sophia, Poso, Sulawesi Tengah |
16 |
Kota Makassar, Sulawesi Selatan |
Kata Kerja, Makassar, Sulawesi Selatan |
17 |
Kabupaten Minahasa Utara, Sulawesi Utara |
TBM Tut Wuri Handayani, Minahasa Utara, Sulawesi Utara |
18 |
Kabupaten Rejang Lebong, Jambi |
Gelaran Jambu, Kediri, Jawa Timur |
19 |
Kabupaten Kuningan, Jawa Barat |
PKBM Sejahtera, Kota Pontianak, Kalimantan Barat |
20 |
- |
Rumah Baca Sang Petualang, Wonogiri, Jawa Tengah |
21 |
- |
TBM Anak Bangsa, Kabupaten Malang, Jawa Timur |
22 |
- |
Istana Rumbia, Kabupaten Wonosobo, Jawa Tengah |
23 |
- |
TBM Sukamulya Cerdas, Kota Bandung, Jawa Barat |
24 |
- |
TBM Pusaka Indonesia, Kabupaten Berau, Kalimantan Timur |
25 |
- |
Rumah Baca Ceria, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah |
26 |
- |
Komunitas Ngejah, Kabupaten Garut, Jawa Barat |
27 |
- |
PKBM Al Hidayah, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat |
28 |
- |
TBM Warabal, Kabupaten Bogor, Jawa Barat |
29 |
- |
Lembaga Insitute Rafi’e Ali, Kabupaten Pandeglang, Banten |
30 |
- |
TBM Dwimurti, Kota Pekalongan, Jawa Tengah |
31 |
- |
Iboekoe, Kabupaten Bantul, DIY |
32 |
- |
TBM USK, Kabupaten Jember, Jawa Timur |
33 |
- |
TBM Pena Ananda, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur |
34 |
- |
TBM Banua Nonulisi, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah |
-Mel/88-
http://donasibuku.kemdikbud.go.id/artikel/geliat-gerakan-indonesia-membaca-dan-kampung-literasi-2017
07 Mar 2017
Senin, 17 Juli 2017
Kembangkan Soft Skill-mu,Raih 4 Keuntungan Ini dengan Aktif Jadi Sukarelawan
Untuk kamu
yang mahasiswa atau masih di usia cukup muda, ada baiknya mengembangkan
soft skill dan kepribadian, dengan menjadi volunteer atau
sukarelawan. Jangan hanya memikirkan keuntungan imbalan, sebab dengan
menjadi sukarelawan, ada banyak manfaat bisa kamu raih. Apa saja? Yuk,
simak!
kembangkan soft skill-mu,raih 4 keuntungan ini dengan aktif jadi sukarelawan
kembangkan soft skill-mu,raih 4 keuntungan ini dengan aktif jadi sukarelawan
Di era
teknologi informasi seperti saat ini, menambah ilmu agar senantiasa cerdas
dan up-to-date dengan perkembangan zaman, wajib hukumnya.
Untuk kamu yang mahasiswa, sepertinya tidak bisa lagi hanya
mengandalkan ilmu yang didapat di kampus.
Jika punya waktu
luang -dan bahkan bukan sekadar waktu luang sebab harusnya kita bisa
mengalokasikan waktunya- ada baiknya kita mengisi waktu dengan melakukan
berbagai kegiatan, yang bisa mengembangkan kemampuan dan passion
kita.
Selain internship
atau magang, menghabiskan waktu sebagai volunteer atau sukarelawan bisa
jadi alternatif untuk mengisi waktu, sambil mendapat berbagai pembelajaran
yang mungkin tidak kamu dapatkan dari kampus.
Dengan menjadi sukarelawan, kita
bukan sekadar mengerjakan sesuatu tanpa mendapat imbalan berarti. Namun kita juga
bisa mendapatkan benefit lain yang bermanfaat untuk pengembangan
diri.
Pengalaman
dan kemampuan baru
Jadi
sukarelawan bisa memberikan kamu pengalaman baru yang tidak didapatkan
selama perkuliahan. Dengan menjadi sukarelawan, kamu bisa bebas mengajukan
aplikasi pada posisi apapun, meski itu mungkin tidak sejalan dengan
dasar pendidikan kamu.
Misalnya,
mahasiswa kedokteran ingin mejadi relawan di bidang public relations.
Atau mahasiswa kedokteran gigi ingin jadi desainer grafis. Tentu sah-sah
saja.
Di bawah pendampingan supervisor
atau mentor berpengalaman yang akan mengarahkanmu untuk jadi lebih baik, tentu
membawa manfaat sendiri bagi kamu yang ingin mengasah
kemampuan sesuai passion.
Punya banyak
teman lintas kampus
Selama
menjadi sukarelawan, kamu bisa bertemu teman-teman baru yang berasal dari
kampus atau sekolah yang beragam. Bahkan bisa jadi, berasal dari kota yang
berbeda dengan kamu.
Artinya,
kamu bisa punya teman-teman baru yang super seru. Teman-teman lintas kampus
ini, juga bisa jadi sumber rezeki buatmu di masa depan, lho. Bukan
tidak mungkin, setelah lulus nanti kamu diminta untuk membantu mengerjakan
proyek-proyek mereka.
Tapi, punya teman yang berbeda
kampus atau kota, itu artinya kamu juga harus belajar untuk mengasah
empatimu. Karena perbedaan latar belakang bukan tidak mungkin
membuat kalian punya pandangan yang berbeda tentang beberapa hal.
Memperluas
jejaring
Serunya jadi
sukarelawan, kamu jadi punya kesempatan untuk bertemu lebih banyak orang.
Mulai dari pengisi acara, peserta, sampai pihak-pihak yang mendukung
pelaksanaan kegiatanmu, misalnya event organizer atau mitra media,
misalnya.
Ketika
mereka menjalankan kegiatan, otomatis mereka bisa berkomunikasi secara langsung
dengan para pendukung kegiatan, dalam posisi setara. Sekalipun
acaranya sudah selesai, kamu bisa tetap menjaga relasi dengan mereka.
Jejaring sesungguhnya
adalah bukan soal siapa yang kita kenal, tapi siapa yang mengenal kita.
Kita tidak pernah tahu, siapa yang mungkin membantu kita di masa depan.
Menambah
portofolio
Selagi masih
muda, portofolio memang penting sekali untuk meningkatkan kepercayaan dan
reputasi. Apalagi kalau kamu ingin membuat usaha sendiri setelah
selesai kuliah.
Mengumpulkan portofolio
bisa dimulai dari mengerjakan berbagai proyek berbasis sukarelawan.
Apalagi kalau proyek yang kamu pegang itu sukses, dan
mendapat banyak apresiasi dari publik.
Banyak
sekali profesi yang membutuhkan portofolio, misalnya fotografer,
videografer, desainer grafis, public relations, dan lain-lain. Jika
ingin mendapat kesempatan mengelola proyek besar, tentu harus
punya portofolio yang cukup menarik juga, bukan?
Mungkin
menjadi sukarelawan tidak selalu menjanjikan pemasukan yang cukup memadai.
Namun berbagai potensi benefit yang didapat, bisa jadi investasi jangka panjang.
Apalagi jika
kamu menyadari bahwa relasi itu sesuatu yang sangat mahal dan bermakna. Dari
hal sederhana seperti mulai menjadi sukarelawan di berbagai kegiatan, kamu
mungkin bisa menyumbang perubahan cukup besar di kehidupan. Yuk,
bersukahati jadi sukarelawan! (OW/DI)
Tulisan Sabran Arjuna putra
http://sabran11.blogspot.co.id/2016/05/4-keuntungan-aktif-jadi-sukarelawan.html
Langganan:
Postingan (Atom)
Entri yang Diunggulkan
-
GIM dan KL 2017 di 19 dan 34 Kabupaten/Kota Upaya untuk meningkatkan minat baca dan me...