Minggu, 25 Maret 2018

WAJAH BARU TBM HARAPAN BANGSA





SEBUAH PERJALANAN KE PERPUSNAS RI SALEMBA JAKARTA





Sore ini hari Senin, 5 Februari 2018 selepas dhuhur saya ijin dari urusan kantor, untuk siap siap berangkat ke Jakarta memenuhi undangan dari Kantor Perpustakaan Pusat Nasional Republik Indonesia di Jalan Salemba Jakarta Pusat, guna penandatanganan Berita Acara Penyerahan Bantuan Buku Bacaan untuk Perpustakaan Komunitas Tahun 2018. Ohya kami pada bulan Januari 2018 melalui sahabat kami Mas Andri Wijaya, Pegiat Literasi di TBM Mangunrejo Desa Susuk Ngombol telah mangajukan proposal bantuan buku bacaan ke Perpusnas RI di Jakarta. Alhamdulillan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk direalisasikan.

Dengan hati berbinar binar kami bertiga, saya, Mas Andri dan satu temannya Mas Andri berangkat ke stasiun Kutoarjo. Jam 15.30 KA Bogowonto telah datang dan kami segera naik ke gerbong delapan.
Walaupun kelas Ekonomi tapi alhamdulillah, suasana di dalam kereta api terasa nyaman, bersih dan yang penting bebas asap rokok. Tengah malam jam 23.30 kami sampai ke Stasiun Jatinegara. Setengah jam kemudian dengan memakai Jasa Grabe Car, kami menuju ke rumah Pakdhe-nya Mas Andri di kawasan elit Kelapa Gading Jakarta. Alhamdulillan kami dapat beristirahat dan bermalam di rumah yang sangat bagus, dan disambut dengan ramah oleh keluarga Pakdhe-nya Mas Andri.

Pagi hari sebelum jam sembilan, sarapan pagi telah disediakan tuan rumah. Jam sembilan pagi kami dengan jasa grabe-care menuju Kantor Perpusnas Jalan Salemba Jakarta. Satu jam lebih perjalanan kami ke kawasan Salemba, diiringi dengan derasnya hujan, tapi alhamdulillah sampai kawasan Salemba tidak hujan sama sekali.

Di Gedung megah Perpusnas Salemba Jakarta, kami menuju ke Gedung D menemui Pak Supriyono Pustakawan Utama di Kantor Perpusnas RI yang menjadi rujukan kami dalam mengajukan proposal. Pak Pri, demikian kami memanggilnya, kelahiran Kliwonan Banyuurip tapi besar di Yogyakarta ini, pernah mengisi acara di Pendopo Kabupaten Purworejo pada Kegiatan Gerakan Indonesia Membaca pada Tahun 2017 yang digelar oleh Perpusnas Jakarta bekerja sama dengan Dinas Kearsipan dan Perpustakaan Daerah Kabupaten Purworejo.
Hampir satu jam kami diterima Beliau dengan penuh keramahan, banyak wejangan dan nasehat yang Beliau sampaikan kepada kami untuk memecut kami semua agar lebih giat dalam menggerakkan dunia Literasi di Kabupaten Purworejo. Setelah itu Beliau mengarahkan kami untuk ke Gedung E, ke Bagian yang mengurusi bantuan buku.

Di Gedung E, kami harus bersabar menunggu, alhmamdulillah banyak warga asal Purworejo yang bekerja di Perpusnas, diantaranya Bu Widiyastuti yang asli Desa Bojong Kecamatan Ngombol. Setelah satu jam menunggu, akhirnya Berita Acara Serah Terima Bantuan Buku Bacaan untuk Perpustakaan Komunitas kami tanda tangani. Alhamdulillah 500 eksemplar buku bacaan siap dikirim ke Purworejo. Disela sela menunggu Berita Acara ditandatangani oleh Pejabat Perpusnas,kami ditraktir makan siang oleh Bu Widi di Kafetaria, ah betapa baiknya warga Purworejo ketika bertemu diperantauan.

Kami pun browsing internet untuk mencari jasa pengiriman paket, alhamdulilllah ketemu Dakota Cargo, yang bersedia jemput barang dan tarif pengiriman yang boleh dibilang sangat murah. Dengan 500 paket buku bacaan yang dikemas dalam empat kardus besar dan satu kardus kecil total lebih dari 300 kg dengan tarif yang tidak sampai 400 ribu rupiah termasuk ongkos jemput, maksimal tiga hari sampai.

Setelah puas di Kantor Perpusnas Salemba, kami berniat mengunjungi Gedung Perpusnas RI di Kawasan Medan Merdeka, Jam 15.00 sore kami melaju dengan grabe-care, satu jam tepat kami sampai ke Medan Merdeka, tapi sayang jam 16.00 Perpusnas Medan Merdeka telah tutup. Sangat kecewa kami karenanya.

Dari kawasan Medan Meredeka, kami langsung ke Stasiun Senen Jakarta Pusat. Lama juga kami harus menunggu di stasiun Senen, karena jadwal Kereta Api Bogowonto yang akan membawa kami pulang ke Purworejo baru akan berangkat jam 21.30 an malam. Tapi tidak apa apa, kami bisa lebih punya waktu untuk menikmati suasana malam Ibu Kota.

Tepat jam 21.30 KA Bogowonto membawa kami pulang ke Purworejo. Tidak membutuhkan waktu yang lama, tidak sampai satu jam, kami pun tertidur pulas di dalam kereta, dan baru bangun dari mimpi indah ketika sudah sampai Stasiun Gombong. Ah sebentar lagi sampai, gak sampai jam enam pagi kereta api pun dah sampai di Stasiun Kutoarjo. Alhamdulillah perjalanan panjang ini selesai dan kami harus berjibaku karena jam 07.30 harus sudah masuk kantor lagi.

Alhamdulillah hari Kamis sore paket sudah mendarat di Dakota Cargo Kantor Perwakilan Purworejo di Jalan Brigjend Katamso selatan Polsek Kota. Tapi belum bisa segera diantar karena drivernya baru keluar kota dan paket baru bisa diantar hari selasa depannya. Tapi berkat kebaikan Mas Andri, hari kamis sore paket bisa kami ambil dengan mobilnya Mas Andri dan atas kebaikannya pula Mas Andri bersedia mengantar ke rumah kami.

Terimakasih Mas Andri, terimakasih Pak Priyono dan Bapak Ibu Pejabat dan Staf di Perpusnas RI Salemba atas bantuannya untuk TBM Harapan Bangsa.

Kantor BPPKAD Kabupaten Purworejo, 26 Maret 2018 jam 08.50 WIB.



Minggu, 13 Agustus 2017

Upaya Pemerintah Kabupaten Sragen dan Masyarakat Tingkatkan Ketersediaan Buku Bacaan


Upaya Pemerintah Kabupaten Sragen dan Masyarakat Tingkatkan Ketersediaan Buku Bacaan
Perpustakaan keliling di Sragen turut tingkatkan budaya baca.
Sragen telah mendeklarasikan dirinya sebagai Kabupaten Literasi pada tanggal 27 Mei 2016 yang lalu. Upaya dan aksi nyata untuk mewujudkan kabupaten literasi telah banyak dilakukan, baik oleh Pemerintah Kabupaten Sragen maupun oleh masyarakat secara mandiri. Upaya-upaya yang dilakukan terkait dengan pembiasaan, keteladanan dan suplai buku. Ketiga upaya tersebut terus dilakukan demi terwujudnya budaya baca dan Sragen sebagai Kabupaten Literasi.
Upaya pembiasaan dan keteladanan banyak dilakukan oleh instansi-instansi terutama sekolah baik di tingkat dasar hingga menengah. Pembiasaan dilakukan dengan memberlakukan jam membaca bagi siswa dan guru, penyediaan sudut baca, penulisan resume hingga pemberian reward bagi siswa yang banyak menuliskan resume dalam kurun waktu tertentu. Penyediaan sudut-sudut baca juga banyak dilakukan oleh instansi lain seperti dinas kesehatan dan rumah sakit, kelurahan/kantor desa dan beberapa instansi lain yang banyak melakukan pelayanan publik serta Perpustakaan Daerah dengan perpustakaan kelilingnya.
Upaya yang ketiga untuk benar-benar mewujudkan kabupaten literasi adalah suplai buku. Hal ini dirasa sangat penting bagi pemerintah Kabupaten Sragen sehingga pemeritah Kabupaten Sragen melakukan beberapa hal sebagai berikut :
1.    Pembangunan perpustakaan di 11 titik  dengan nilai masing-masing adalah Rp 120.000.000  untuk pembangunan /rehab gedung, mebel dan pengadaan buku-buku perpustakaan menggunakan dana APBN 2016.
2.    Memberikan bantuan berupa buku perpustakaan non pelajaran di 38 SD senilai Rp 2.190.766.000 di tahun 2016.
3.    Sekolah-sekolah memberlakukan pengadaan buku fiksi untuk sudut baca sebesar 5% dari BOS untuk penambahan koleksi buku perpustakaan sesuai dengan petunjuk BOS tahun 2016. Hal ini juga ditekankan oleh Bupati Sragen dalam pembukaan Sragen Book Fair pada tanggal 14 Agustus 2016.
4.    Penambahan buku-buku dari Perpustakan Nasional ke Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen. Penambahan buku tahun ini bertepatan dengan Safari Gerakan Nasional Gemar Membaca di Kabupaten Sragen Tahun 2016 pada tanggal 4 Agustus 2016 di Pendopo Sumonegaran – Rumah Dinas Bupati Sragen yang diselenggarakan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Sragen dengan tema “Membangun Karakter Bangsa Melalui Gemar Membaca Dengan Memberdayakan Perpustakaan”  untuk meningkatkan minat baca di masyarakat. Kegiatan tersebut diikuti Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), guru, pustakawan, pegiat taman bacaan, pemerhati perpustakaan, LSM, organisasi profesi, Tim Penggerak PKK, tokoh agama dan tokoh masyarakat.
5.    Upaya penyediaan buku murah yang dilaksanakan oleh Perpusda bekerjasama dengan Gramedia dalam kegiatan Sragen Book Fair bertempat di  Gedung Kartini Kabupaten Sragen, sejak tanggal 25 Agustus 2016 sampai 8 September 2016. Dalam kegiatan ini disediakan berbagai macam buku baru dan murah yang diharapkan mampu meningkatkan Budaya Membaca Masyarakat di Kabupaten Sragen, sekaligus meningkatkan Apresiasi Masyarakat terhadap Dunia Perbukuan di Tanah Air. Demikian menurut Kepala Perpusda Kabupaten Sragen Ibu Dra Tri Andiyas Wororetno. Sragen Book Fair 2016 juga dimanfaatkan Kepala Sekolah dan Kepala Desa, untuk menambah koleksi buku di perpustakaan sekolah dan perpustakaan desa, sebagai salah satu bagian dari gerakan Sragen sebagai Kabupaten Literasi.
6.    Upaya penambahan buku di perpustakaan desa juga sudah dilakukan sejak tahun 2011, dengan diterbitkannya Surat Edaran (SE) Bupati Sragen Nomor 041/250/036/2011 tentang alokasi dana desa bagi pengembangan perpustakaan desa. Surat edaran ini merupakan tindak lanjut dari Surat Edaran (SE) Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor : 143/161/PMD/2011, tanggal 10 Januari 2011. SE Kemendagri ini memberikan legalitas bagi penggunaan Alokasi Dana Desa untuk pemberdayaan perpustakaan desa. Prioritas penggunaan anggaran adalah untuk pengadaan buku dalam rangka memenuhi standar koleksi ideal. Koleksi perpustakaan desa menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah minimal 1.000 judul. Kebijakan tersebut sangat mendukung deklarasi Sragen sebagai Kabupaten Literasi.
Selain upaya pemerintah kabupaten yang sangat gencar dalam meningkatkan jumlah buku bacaan, masyarakatpun termotivasi untuk mengupayakan ketersediaan buku secara mandiri. Beberapa hal yang dilakukan masyarakat secara mandiri adalah sebagai berikut:
1.    Sumbangan buku dari masyarakat untuk perpusda pada saat deklarasi Kabupaten Literasi. Pada saat deklarasi Kabupaten Sragen sebagai Kabupaten Literasi masyarakat dihimbau membawa buku bacaan yang akan dibaca pada saat membaca bersama di alun-alun Kabupaten Sragen, setelah dibaca buku-buku tersebut disumbangkan kepada Perpusda Kabupaten Sragen.
2.    Banyak sekolah memprogramkan: siswa yang lulus memberikan  buku bacaan ke sekolah. Hal ini sudah dilakukan di banyak sekolah baik tingkat SD, SMP maupun SMA. Buku-buku yang disumbangkan berupa buku bacaan yang akan menambah koleksi perpustakaan sekolah.
3.    Upaya penyediaan buku bacaan juga dilakukan oleh Rumah Zakat, di mana Rumah Zakat menyediakan perpustakaan keliling dengan sebuah mobil yang dinamakan mobil Juara Rumah Zakat. Selain menyediakan buku-buku bacaan, Rumah Zakat juga menyelenggarakan berbagai lomba menarik bagi siswa-siswa di sekolah yang dikunjungi.

http://prioritaspendidikan.org/id/post/1259/upaya-pemerintah-kabupaten-sragen-dan-masyarakat-tingkatkan-ketersediaan-buku-bacaan
 Kamis, 10 Agustus 2017 | 09:22 WIB

Sahabat Perpustakaan Antarkan SDN Temas 1 Juara Nasional

Sahabat Perpustakaan Antarkan SDN Temas 1 Juara Nasional
Siswa sedang membaca di perpustakaan sekolah yang nyaman.
BATU, JAWA TIMUR – Ingin perpustakaan menjadi tempat tujuan yang menyenangkan untuk anak-anak? Belajarlah dari SDN Temas 1 Kota Batu. Sekolah ini dahulu sangat tidak diperhitungkan. Menurut sang kepala sekolah Mahmudah MPd, sekolah ini dulu sempat di cap sebagai sekolah buangan. “Sampai ada singkatan Temas itu kepanjangannya tempat masalah,” gurau Mahmudah membuka percakapan.
Segala upaya dia lakukan, mulai pembenahan fisik, sarana, dan pembelajaran. Salah satunya adalah perpustakaan. Kegiatan budaya baca mulai diberlakukan di semua kelas tanpa kecuali setelah mendapat pelatihan dari USAID PRIORITAS. “Begitu pulang dari pelatihan, besoknya saya langsung berbenah dengan menerapkan ilmu dari USAID PRIORITAS ke sekolah,” terangnya.
Dia bersama para guru membuat pojok-pojok baca diletakkan di setiap sudut kelas dengan beragam koleksi buku yang diambil dari buku-buku perpustakaan. Ada pula rak-rak buku yang diletakkan di depan setiap kelas. Perpustakaan juga dilakukan pembenahan total. Perpustakaan yang dulu hanya digunakan sebagai gudang buku difungsikan kembali dengan lebih maksimal. Dia mempekerjakan dua pustakawan yang khusus menjalankan program perpustakaan.
Salah satu program pustaka adalah 'sahabat perpustakaan'. Pustakawan memilih 25 anak yang menjadi sahabat perpustakaan. Mereka dipilih dari siswa yang sering berkunjung dan menghabiskan waktu istirahat dengan membaca di perpustakaan. Tugasnya, setiap pagi pukul 07.00 mereka mengambil buku di perpustakaan untuk dibawa ke rak depan setiap kelas. Buku tersebut ditata dengan rapi.
“Biasanya saat jam istirahat, buku-buku itu laris dibaca temanteman,” ungkap Caca Veronia Amanda Rasya, siswa kelas V yang menjadi salah satu sahabat perpustakaan. Sesaat sebelum pulang, para sahabat perpustakaan mengambil buku-buku tersebut dan mengembalikannya ke perpustakaan. “Beberapa teman ada yang pesan minta besoknya kami bawakan buku, misalnya buku resep atau buku tentang cerita rakyat,” ungkap Caca.
Rak buku oleh Mahmudah juga diletakkan di bawah pohon-pohon besar di halaman sekolah. Ada sekitar 5 pohon beringin ukuran sedang, di bawahnya terdapat tempat duduk dan rak-rak buku terbuat dari kayu. Tak hanya siswa saja, orang tua yang mengantar siswa ke sekolah dan menunggu juga menikmati beragam koleksi buku di perpustakaan 'pohon'.
Sementara itu di kelas-kelas, setiap pagi siswa melaksanakan program membaca senyap selama 15 menit. Usai membaca, mereka mengambil buku jurnal yang diletakkan di kantong-kantong buku jurnal di kelas. Selesai mengisi buku, salah satu dari mereka maju kedepan untuk menceritakan kembali isi buku. Siapa sangka, konsep ini berhasil mengantarkan sekolah ini menjadi juara I dalam Lomba Budaya Mutu SD tingkat nasional untuk komponen perpustakaan yang diadakan
 
Selasa, 09 Mei 2017 | 08:15 WIB
http://prioritaspendidikan.org/id/post/1196/sahabat-perpustakaan-antarkan-sdn-temas-1-juara-nasional
Kemendikbud di Balikpapan, Kalimantan Timur, pada Oktober 2016 lalu. (Dkd)

Senin, 31 Juli 2017

PERJALANAN MENCARI CAHAYA



Sunday, June 4, 2017 http://kangeded.blogspot.co.id/2017/


PERJALANAN MENCARI CAHAYA - A True Storyy

"They READ it with their finger tips, while I could read nothing. I thought I was A MOST BLIND among the blind people…”.  

Rasakan cerita ini… 
Awal Mei 2017, sebuah info menyapa para kurir #SedekahRombongan Bekasi. Tentang dua bocah dhuafa yang tak dapat melihat,  berada di sebuah wilayah yang lumayan jauh dari tempat saya tinggal. Tanggal 6 Mei 2017, saya dan rekan-rekan kurir mendatangi kediaman dua bocah itu. Berbekal secarik alamat rumahnya, di Kp. Cempaka, RT 013/004 Desa Sirnajaya, Kec. Serang Baru, Kab. Bekasi. Setelah bertanya sana sini, berjalan kaki kurang lebih 20 menit karena akses rumah keluarga itu tak bisa dimasuki mobil. Menyusuri jalanan tanah yang untungnya tidak sedang musim hujan. Desa yang lumayan tandus, dengan tingkat kemiskinan yang memprihatinkan.
Tibalah kami di gubuk si miskin, sebuah rumah berlantai tanah, berdinding kayu dan bilik, ada lubang besar di sana-sini, cahaya remang dan semerbak bau lembab melengkapi kisah nyata ini. Masuk ke dalam tak kita dapati barang berharga selain bale using, kami langsung diterima oleh Wawan (42) dan  Kanah (33) yang tak lain adalah kedua orangtua bocah malang ini.

Suami istri ini menetap di rumah yang kumuh bersama 3 orang anak dan dua di antaranya yang menjadi tujuan kedatangan Tim #SR. Di salah satu sudut rumah itulah duduk dua bocah yang hanya mengenakan kaus dalam, tatapannya kosong namun nampak waspada dengan raut ketakutan menyadari ada suara-suara asing yang hanya bisa mereka dengar. Ya, kedua anak ini buta sejak lahir. Dalam istilah kedokteran disebut katarak kongenital, yang dimungkinkan bisa terjadi sejak lahir tanpa menyebabkan nyeri.
Batin saya terkesiap, jantung saya serasa berhenti berdetak. Menyadari dua kakak beradik ini, Wilda Sari (7), dan Kandi Wijaya (5) telah melewatkan usia kanak-kanak mereka dalam kegelapan tanpa cahaya. Mata saya basah…  juga saya melihat dua rekan saya yang lainpun ikut berkaca-kaca, kami merasa telah jatuh rasa melihat apa yang diperlihatkan Tuhan di hadapan kami saat ini. Sebuah cermin terbalik dalam kehidupan kita, saat anak-anak yang lain setiap saat dapat bermain, tertawa dan berteriak gembira menyaksikan film kartun di televisi sementara kedua anak ini bertahun-tahun tak mampu melihat warna dunia selain hitam.
Wawan tak punya pekerjaan tetap, ia bekerja serabutan hanya untuk makan sekeluarga. Sedangkan Kanah tak bisa membantu urusan nafkah karena keadaan dua buah hati yang tak memungkinkan untuk ditinggal sendiri. Dalam harapannya, pasangan ini ingin Wilda dan Kandi bisa hidup normal seperti anak-anak seusianya, dapat bersekolah, bermain dan tumbuh menjadi anak sholeh dan sholehah. Namun apa daya, mereka hanya seonggok benda yang mengisi ruang kelompok masyarakat miskin negeri ini yang bermasalah dengan ekonomi. Mereka memilih diam pasrah sebagai pengganti doa-doa yang tak terucap setiap saat.


Cerita pengobatan mereka, awalnya pernah dibantu sebuah lembaga sosial untuk ihtiar kesembuhannya 3 tahun lalu ke sebuah Rumah Sakit di Bandung. Namun seperti biasa RS meminta biaya untuk jaminan awal sebesar 5juta rupiah, spontan membuat keluarga ini menyerah. Sejak itu mereka pasrah tak lagi akan berniat berobat, belum lagi membayangkan biaya transportasi akomodasi yang menjadi beban paralel bagi mereka. Mereka yang tak berpendidikan dan awam urusan birokrasi memilih berhenti, sekalipun waktu berikutnya ada bantuan BPJS yang mereka tetap tak mampu membayar iurannya dan terus berhutang pada pemerintah bukan seharusnya pemerintah berhutang pada mereka.
Menutup kunjungan kami di keluarga Wawan, Form Survey sudah lengkap kami isi sebagai Standard Operation Procedure. Kami pamit dan langsung berdiskusi di jalan pulang atas hasil Kick-Off meeting dengan Rakyat Miskin ini, mereka keluarga baru kita yang wajib kita perhatiakan lebih manusiawi. Lanjut esoknya kita memulai proyek langit ini, sebuah revolusi membantu dhuafa, mensukseskan program pemerintah entaskan kemiskinan. Diawali dengan mengurus dan membayarkan tunggakan BPJS, kembali mengantarkan observasi awal di RSUD Cibitung hingga dalam hitungan hari berikutnya mereka sudah dirujuk ke RS Mata Cicendo Bandung.

Tanggal 11 Mei 2017, jam 03.00 dini hari, Mobil Tanggap Sedekah Rombongan (MTSR) memulai kunjungan awal ke RS Cicendo Bandung membawa Wilda dan Kandi, saya ingat betul betapa seluruh kurir #SRBekasi begitu antusias memantau perkembangan kedua anak itu. Bocah malang yang telah merebut hati, dengan keadaannya yang dhuafa lagi buta. Sambil menunggu perkembangan mereka hari demi hari, bantuan para sedekaholics pun mulai mengalir yang dititipkan kepada kurir #SR. Baik itu berupa makanan atau pakaian untuk keduanya. Pada kunjungan ketiga 29 Mei 2017, Wilda dan Kandi diantar lagi ke Bandung dan ditampung di Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Jalan Sukajadi Bandung untuk kemudian masuk ke ruang isolasi bagi persiapan operasi sebelah mata mereka pada 1 Juni dan naik kemeja operasi tanggal 2 Juni 2017.

Kemarin siang kami mendapat kejutan dari Muhammad Amin - Driver MTSR Bekasi yang mendampingi mereka dengan mengirimkan foto kedua bocah lucu itu usai dioperasi. Suasana haru menyeruak di grup #SRBekasi dan #SRDKIJaBarBanten menyaksikan senyum Wilda dan Kandi dengan mata yang masih tertutup kasa. Kami juga melihat bagaimana air mata kedua orang tua bocah itu tumpah dipelukan kurir #SR yang menjemput mereka kembali ke Bekasi. Tangis haru dan bahagia menjadi satu, larut dalam rasa syukur yang tak terukur, tak menyangka ketika keputus-asaan mereka yang hidup dalam kekurangan, tak mungkin bisa membayangkan kedua buah hati tercinta mampu menemukan kembali cahaya kehidupan mereka. Ternyata bukan cuma bayangan yang mereka temukan, tapi sebuah kenyataan bahwa ada tangan-tangan yang Tuhan pilihkan telah sampai kepada mereka. Menerbitkan harapan mereka dan kita yang selama ini telah padam.

Dadaku berdegup kencang tak bisa menolak bahagia, terlebih untuk Wilda dan Kandi. Dua bocah yang menempuh jalan panjang menemukan cahaya kembali, bersinarlah terus wahai permata hati. Sambut masa depan yang cerah di depan sana yang telah menanti, dunia kini milikmu. Perjalanan menemukan cahaya itu memang belum berakhir, namun secercah cahaya ini adalah mentari pagi, yang akan disusul oleh cercah sinar yang lebih terang lagi...
Terima kasih para Kurirs dan Sedekaholics www.sedekahrombongan.com, semoga bantuan kalian pada Wilda dan Kandi menjadi Pahala yang dahsyat di Ramadhan yang indah ini... 
"Tiada satu hatipun yang tergetar, tanpa Allah mengetuknya... Seperti MATA kita, takkan berfungsi tanpa Allah ciptakan cahaya. Begitupun AKAL takkan berfungsi dengan baik tanpa Allah memberikan Rahmat-Nya..."
Contributor: Suharna - Korwil SR Bekasi
Writter : Sri Suharni Maks – Kurir SR Kab. Bekasi

Selasa, 25 Juli 2017

Merayakan Hari Buku Nasional

Setiap tanggal 17 Mei diperingati sebagai Hari Buku Nasional. Tidak ada perayaan besar-besaran untuk memeringatinya. Namun, perayaan Hari Buku Nasional sudah dilaksanakan sejak 2002. Penentuan Hari Buku Nasional adalah buah pemikiran Menteri Pendidikan dari Kabinet Gotong Royong, Abdul Malik Fadjar (periode 2001-2004).
Penetapan Hari Buku Nasional menjadi salah satu upaya pemerintah untuk memacu minat baca masyarakat Indonesia, sekaligus menaikkan penjualan buku. Hal itu tak lepas dari kondisi memprihatinkan di Indonesia, dimana rata-rata hanya 18 ribu judul buku yang dicetak setiap tahunnya. Jumlah tersebut jauh di bawah Jepang dengan 40 ribu judul buku per tahun atau China dengan 140 ribu judul per tahun.
Gagasan ini juga diperlukan diperlukan untuk meningkatkan minat baca dan angka melek huruf yang di Indonesia yang masih rendah kala itu. Tingkat melek huruf di Indonesia pada orang dewasa atau penduduk berusia di atas 15 tahun, menurut laporan UNESCO, pada 2002 hanya 87,9 persen. Angka tersebut kalah jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia (88,7 persen), Vietnam (90,3 persen), dan Thailand (92,6 persen) di tahun yang sama.
Menumbuhkan kebiasaan membaca buku menjadi tantangan bagi bangsa ini. Namun, tantangan itu tetap harus dihadapi bersama. Ini penting karena menyangkut kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Tantangan yang tengah dihadapi bangsa ini, bukan lagi sekadar bagaimana agar seluruh penduduk negeri ini bisa membaca, menulis, dan menghitung. Tantangan terbesar adalah menyiapkan calon penerus bangsa ini menjadi menjadi generasi pemenang.
Untuk mewujudkan itu, ada tiga modal utama yang harus dimiliki, yaitu literasi dasar, kompetensi utama, dan karakter. Terkait literasi dasar, selain kemampuan baca tulis dan hitung, juga harus dibarengi kemampuan literasi lainnya seperti literasi IT, literasi sains juga literasi finansial, dan kemampuan literasi lainnya yang sejalan dengan tuntutan jaman.
Modal berikutnya kompetensi yang dibutuhkan di masa depan, yaitu kemampuan untuk berpikir kritis, kemampuan untuk kreatif, kemampuan untuk berkomunikasi, kemampuan untuk bekerja sama.
Menurut Supriyanto, Pustakawan Utama Perpustakaan Nasional, meningkatkan kegemaran membaca, dimulai dari menumbuhkan reading interest, reading habbit, reading culture, sampai reading skill.  Sehingga pengetahuan yang diperoleh dari membaca menjadi ‘alat’ bagi untuk berdaya dan mencerdaskan kehidupan berbangsa.
Gratiskan Pengiriman Buku
Tahun 2017 atau 15 tahun peringatan Hari Buku Nasional, upaya meningkatkan literasi masyarakat terus menggeliat. Bahkan kian menggelora. Buktinya, bertepatan dengan peringatan Hari Buku Nasional, Presiden Joko Widodo menepati janjinya saat bertemu dengan para pegiat literasi yang diundangnya ke Istana, 2 Mei 2017.
Seperti dikutip Tempo.co, Presiden Joko Widodo mengeluarkan kebijakan menggratiskan pengiriman buku lewat kantor Pos Indonesia pada tanggal 17 setiap bulan. Kebijakan menggratiskan biaya pengiriman buku ke daerah ini artinya pemerintah menanggung biaya pengiriman buku tersebut. Upaya ini dilakukan untuk memperkuat minat baca pada anak-anak.
"Sesuai dengan janji saya pada seluruh pegiat literasi, pegiat minat baca, setiap bulan, ada satu hari kita bisa mengirimkan buku ke pelosok Tanah Air lewat kantor Pos setiap tanggal 17 itu digratiskan," kata Jokowi setelah memperingati Hari Buku Nasional di halaman tengah Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 17 Mei 2017.
Khusus untuk bulan Mei ini, penggratisan dilakukan pada tanggal 20. Untuk bulan-bulan berikutnya, pengiriman buku gratis dilakukan setiap tanggal 17. Dia berharap upaya ini akan memperkuat minat baca pada seluruh masyarakat, khususnya pada anak-anak.
"Tadi sudah saya telepon ke Menteri BUMN, ke Kantor Pos, agar disediakan 1 hari saja untuk kirim buku itu gratis. Sudah disetujui. Setiap bulan. Ini masukan, ini masukan dari Bapak, Ibu para pegiat tadi, pegiat literasi agar nantinya kirim buku antar pustaka ini lebih gampang, lebih mudah, dan tidak terbebani oleh biaya," kata Jokowi saat bertemu pegiat literasi di Istana Negara, 2 Mei lalu.
Pengiriman buku gratis ini, kata Jokowi, akan membuat buku-buku yang dikirim ke daerah menjadi lebih murah. "Karena kami tahu ongkos kirim dari kota ke desa, dari Jawa ke luar Jawa lebih mahal dari harga bukunya," kata Jokowi.

http://donasibuku.kemdikbud.go.id/artikel/merayakan-hari-buku-nasional

Selasa, 18 Juli 2017

GELIAT GERAKAN INDONESIA MEMBACA dan KAMPUNG LITERASI 2017


Senin, 17 Juli 2017

PESONA KUNING MERONA DI TBM HARAPAN BANGSA


SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1438 H


LOMBA MEWARNAI DAN MELUKIS DALAM RANGKA HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2017














Kembangkan Soft Skill-mu,Raih 4 Keuntungan Ini dengan Aktif Jadi Sukarelawan



Untuk kamu yang mahasiswa atau masih di usia cukup muda, ada baiknya mengembangkan soft skill dan kepribadian, dengan menjadi volunteer atau sukarelawan. Jangan hanya memikirkan keuntungan imbalan, sebab dengan menjadi sukarelawan, ada banyak manfaat bisa kamu raih. Apa saja? Yuk, simak!
kembangkan soft skill-mu,raih 4 keuntungan ini dengan aktif jadi sukarelawan
Di era teknologi informasi seperti saat ini, menambah ilmu agar senantiasa cerdas dan up-to-date dengan perkembangan zaman, wajib hukumnya. Untuk kamu yang mahasiswa, sepertinya tidak bisa lagi hanya mengandalkan ilmu yang didapat di kampus.
Jika punya waktu luang -dan bahkan bukan sekadar waktu luang sebab harusnya kita bisa mengalokasikan waktunya- ada baiknya kita mengisi waktu dengan melakukan berbagai kegiatan, yang bisa mengembangkan kemampuan dan passion kita.
Selain internship atau magang, menghabiskan waktu sebagai volunteer atau sukarelawan bisa jadi alternatif untuk mengisi waktu, sambil mendapat berbagai pembelajaran yang mungkin tidak kamu dapatkan dari kampus.
Dengan menjadi sukarelawan, kita bukan sekadar mengerjakan sesuatu tanpa mendapat imbalan berarti. Namun kita juga bisa mendapatkan benefit lain yang bermanfaat untuk pengembangan diri.
Pengalaman dan kemampuan baru
Jadi sukarelawan bisa memberikan kamu pengalaman baru yang tidak didapatkan selama perkuliahan. Dengan menjadi sukarelawan, kamu bisa bebas mengajukan aplikasi pada posisi apapun, meski itu mungkin tidak sejalan dengan dasar pendidikan kamu.
Misalnya, mahasiswa kedokteran ingin mejadi relawan di bidang public relations. Atau mahasiswa kedokteran gigi ingin jadi desainer grafis. Tentu sah-sah saja.
Di bawah pendampingan supervisor atau mentor berpengalaman yang akan mengarahkanmu untuk jadi lebih baik, tentu membawa manfaat sendiri bagi kamu yang ingin mengasah kemampuan sesuai passion.
Punya banyak teman lintas kampus
Selama menjadi sukarelawan, kamu bisa bertemu teman-teman baru yang berasal dari kampus atau sekolah yang beragam. Bahkan bisa jadi, berasal dari kota yang berbeda dengan kamu.
Artinya, kamu bisa punya teman-teman baru yang super seru. Teman-teman lintas kampus ini, juga bisa jadi sumber rezeki buatmu di masa depan, lho. Bukan tidak mungkin, setelah lulus nanti kamu diminta untuk membantu mengerjakan proyek-proyek mereka.
Tapi, punya teman yang berbeda kampus atau kota, itu artinya kamu juga harus belajar untuk mengasah empatimu. Karena perbedaan latar belakang bukan tidak mungkin membuat kalian punya pandangan yang berbeda tentang beberapa hal.
Memperluas jejaring
Serunya jadi sukarelawan, kamu jadi punya kesempatan untuk bertemu lebih banyak orang. Mulai dari pengisi acara, peserta, sampai pihak-pihak yang mendukung pelaksanaan kegiatanmu, misalnya event organizer atau mitra media, misalnya.
Ketika mereka menjalankan kegiatan, otomatis mereka bisa berkomunikasi secara langsung dengan para pendukung kegiatan, dalam posisi setara. Sekalipun acaranya sudah selesai, kamu bisa tetap menjaga relasi dengan mereka.
Jejaring sesungguhnya adalah bukan soal siapa yang kita kenal, tapi siapa yang mengenal kita. Kita tidak pernah tahu, siapa yang mungkin membantu kita di masa depan.
Menambah portofolio
Selagi masih muda, portofolio memang penting sekali untuk meningkatkan kepercayaan dan reputasi. Apalagi kalau kamu ingin membuat usaha sendiri setelah selesai kuliah.
Mengumpulkan portofolio bisa dimulai dari mengerjakan berbagai proyek berbasis sukarelawan. Apalagi kalau proyek yang kamu pegang itu sukses, dan mendapat banyak apresiasi dari publik.
Banyak sekali profesi yang membutuhkan portofolio, misalnya fotografer, videografer, desainer grafis, public relations, dan lain-lain. Jika ingin mendapat kesempatan mengelola proyek besar, tentu harus punya portofolio yang cukup menarik juga, bukan?
Mungkin menjadi sukarelawan tidak selalu menjanjikan pemasukan yang cukup memadai. Namun berbagai potensi benefit yang didapat, bisa jadi investasi jangka panjang.

Apalagi jika kamu menyadari bahwa relasi itu sesuatu yang sangat mahal dan bermakna. Dari hal sederhana seperti mulai menjadi sukarelawan di berbagai kegiatan, kamu mungkin bisa menyumbang perubahan cukup besar di kehidupan. Yuk, bersukahati jadi sukarelawan! (OW/DI)

http://sabran11.blogspot.co.id/2016/05/4-keuntungan-aktif-jadi-sukarelawan.html

Entri yang Diunggulkan

WAJAH BARU TBM HARAPAN BANGSA