Senin, 31 Juli 2017

PERJALANAN MENCARI CAHAYA



Sunday, June 4, 2017 http://kangeded.blogspot.co.id/2017/


PERJALANAN MENCARI CAHAYA - A True Storyy

"They READ it with their finger tips, while I could read nothing. I thought I was A MOST BLIND among the blind people…”.  

Rasakan cerita ini… 
Awal Mei 2017, sebuah info menyapa para kurir #SedekahRombongan Bekasi. Tentang dua bocah dhuafa yang tak dapat melihat,  berada di sebuah wilayah yang lumayan jauh dari tempat saya tinggal. Tanggal 6 Mei 2017, saya dan rekan-rekan kurir mendatangi kediaman dua bocah itu. Berbekal secarik alamat rumahnya, di Kp. Cempaka, RT 013/004 Desa Sirnajaya, Kec. Serang Baru, Kab. Bekasi. Setelah bertanya sana sini, berjalan kaki kurang lebih 20 menit karena akses rumah keluarga itu tak bisa dimasuki mobil. Menyusuri jalanan tanah yang untungnya tidak sedang musim hujan. Desa yang lumayan tandus, dengan tingkat kemiskinan yang memprihatinkan.
Tibalah kami di gubuk si miskin, sebuah rumah berlantai tanah, berdinding kayu dan bilik, ada lubang besar di sana-sini, cahaya remang dan semerbak bau lembab melengkapi kisah nyata ini. Masuk ke dalam tak kita dapati barang berharga selain bale using, kami langsung diterima oleh Wawan (42) dan  Kanah (33) yang tak lain adalah kedua orangtua bocah malang ini.

Suami istri ini menetap di rumah yang kumuh bersama 3 orang anak dan dua di antaranya yang menjadi tujuan kedatangan Tim #SR. Di salah satu sudut rumah itulah duduk dua bocah yang hanya mengenakan kaus dalam, tatapannya kosong namun nampak waspada dengan raut ketakutan menyadari ada suara-suara asing yang hanya bisa mereka dengar. Ya, kedua anak ini buta sejak lahir. Dalam istilah kedokteran disebut katarak kongenital, yang dimungkinkan bisa terjadi sejak lahir tanpa menyebabkan nyeri.
Batin saya terkesiap, jantung saya serasa berhenti berdetak. Menyadari dua kakak beradik ini, Wilda Sari (7), dan Kandi Wijaya (5) telah melewatkan usia kanak-kanak mereka dalam kegelapan tanpa cahaya. Mata saya basah…  juga saya melihat dua rekan saya yang lainpun ikut berkaca-kaca, kami merasa telah jatuh rasa melihat apa yang diperlihatkan Tuhan di hadapan kami saat ini. Sebuah cermin terbalik dalam kehidupan kita, saat anak-anak yang lain setiap saat dapat bermain, tertawa dan berteriak gembira menyaksikan film kartun di televisi sementara kedua anak ini bertahun-tahun tak mampu melihat warna dunia selain hitam.
Wawan tak punya pekerjaan tetap, ia bekerja serabutan hanya untuk makan sekeluarga. Sedangkan Kanah tak bisa membantu urusan nafkah karena keadaan dua buah hati yang tak memungkinkan untuk ditinggal sendiri. Dalam harapannya, pasangan ini ingin Wilda dan Kandi bisa hidup normal seperti anak-anak seusianya, dapat bersekolah, bermain dan tumbuh menjadi anak sholeh dan sholehah. Namun apa daya, mereka hanya seonggok benda yang mengisi ruang kelompok masyarakat miskin negeri ini yang bermasalah dengan ekonomi. Mereka memilih diam pasrah sebagai pengganti doa-doa yang tak terucap setiap saat.


Cerita pengobatan mereka, awalnya pernah dibantu sebuah lembaga sosial untuk ihtiar kesembuhannya 3 tahun lalu ke sebuah Rumah Sakit di Bandung. Namun seperti biasa RS meminta biaya untuk jaminan awal sebesar 5juta rupiah, spontan membuat keluarga ini menyerah. Sejak itu mereka pasrah tak lagi akan berniat berobat, belum lagi membayangkan biaya transportasi akomodasi yang menjadi beban paralel bagi mereka. Mereka yang tak berpendidikan dan awam urusan birokrasi memilih berhenti, sekalipun waktu berikutnya ada bantuan BPJS yang mereka tetap tak mampu membayar iurannya dan terus berhutang pada pemerintah bukan seharusnya pemerintah berhutang pada mereka.
Menutup kunjungan kami di keluarga Wawan, Form Survey sudah lengkap kami isi sebagai Standard Operation Procedure. Kami pamit dan langsung berdiskusi di jalan pulang atas hasil Kick-Off meeting dengan Rakyat Miskin ini, mereka keluarga baru kita yang wajib kita perhatiakan lebih manusiawi. Lanjut esoknya kita memulai proyek langit ini, sebuah revolusi membantu dhuafa, mensukseskan program pemerintah entaskan kemiskinan. Diawali dengan mengurus dan membayarkan tunggakan BPJS, kembali mengantarkan observasi awal di RSUD Cibitung hingga dalam hitungan hari berikutnya mereka sudah dirujuk ke RS Mata Cicendo Bandung.

Tanggal 11 Mei 2017, jam 03.00 dini hari, Mobil Tanggap Sedekah Rombongan (MTSR) memulai kunjungan awal ke RS Cicendo Bandung membawa Wilda dan Kandi, saya ingat betul betapa seluruh kurir #SRBekasi begitu antusias memantau perkembangan kedua anak itu. Bocah malang yang telah merebut hati, dengan keadaannya yang dhuafa lagi buta. Sambil menunggu perkembangan mereka hari demi hari, bantuan para sedekaholics pun mulai mengalir yang dititipkan kepada kurir #SR. Baik itu berupa makanan atau pakaian untuk keduanya. Pada kunjungan ketiga 29 Mei 2017, Wilda dan Kandi diantar lagi ke Bandung dan ditampung di Rumah Singgah Sedekah Rombongan (RSSR) Jalan Sukajadi Bandung untuk kemudian masuk ke ruang isolasi bagi persiapan operasi sebelah mata mereka pada 1 Juni dan naik kemeja operasi tanggal 2 Juni 2017.

Kemarin siang kami mendapat kejutan dari Muhammad Amin - Driver MTSR Bekasi yang mendampingi mereka dengan mengirimkan foto kedua bocah lucu itu usai dioperasi. Suasana haru menyeruak di grup #SRBekasi dan #SRDKIJaBarBanten menyaksikan senyum Wilda dan Kandi dengan mata yang masih tertutup kasa. Kami juga melihat bagaimana air mata kedua orang tua bocah itu tumpah dipelukan kurir #SR yang menjemput mereka kembali ke Bekasi. Tangis haru dan bahagia menjadi satu, larut dalam rasa syukur yang tak terukur, tak menyangka ketika keputus-asaan mereka yang hidup dalam kekurangan, tak mungkin bisa membayangkan kedua buah hati tercinta mampu menemukan kembali cahaya kehidupan mereka. Ternyata bukan cuma bayangan yang mereka temukan, tapi sebuah kenyataan bahwa ada tangan-tangan yang Tuhan pilihkan telah sampai kepada mereka. Menerbitkan harapan mereka dan kita yang selama ini telah padam.

Dadaku berdegup kencang tak bisa menolak bahagia, terlebih untuk Wilda dan Kandi. Dua bocah yang menempuh jalan panjang menemukan cahaya kembali, bersinarlah terus wahai permata hati. Sambut masa depan yang cerah di depan sana yang telah menanti, dunia kini milikmu. Perjalanan menemukan cahaya itu memang belum berakhir, namun secercah cahaya ini adalah mentari pagi, yang akan disusul oleh cercah sinar yang lebih terang lagi...
Terima kasih para Kurirs dan Sedekaholics www.sedekahrombongan.com, semoga bantuan kalian pada Wilda dan Kandi menjadi Pahala yang dahsyat di Ramadhan yang indah ini... 
"Tiada satu hatipun yang tergetar, tanpa Allah mengetuknya... Seperti MATA kita, takkan berfungsi tanpa Allah ciptakan cahaya. Begitupun AKAL takkan berfungsi dengan baik tanpa Allah memberikan Rahmat-Nya..."
Contributor: Suharna - Korwil SR Bekasi
Writter : Sri Suharni Maks – Kurir SR Kab. Bekasi

Selasa, 25 Juli 2017

Merayakan Hari Buku Nasional

Setiap tanggal 17 Mei diperingati sebagai Hari Buku Nasional. Tidak ada perayaan besar-besaran untuk memeringatinya. Namun, perayaan Hari Buku Nasional sudah dilaksanakan sejak 2002. Penentuan Hari Buku Nasional adalah buah pemikiran Menteri Pendidikan dari Kabinet Gotong Royong, Abdul Malik Fadjar (periode 2001-2004).
Penetapan Hari Buku Nasional menjadi salah satu upaya pemerintah untuk memacu minat baca masyarakat Indonesia, sekaligus menaikkan penjualan buku. Hal itu tak lepas dari kondisi memprihatinkan di Indonesia, dimana rata-rata hanya 18 ribu judul buku yang dicetak setiap tahunnya. Jumlah tersebut jauh di bawah Jepang dengan 40 ribu judul buku per tahun atau China dengan 140 ribu judul per tahun.
Gagasan ini juga diperlukan diperlukan untuk meningkatkan minat baca dan angka melek huruf yang di Indonesia yang masih rendah kala itu. Tingkat melek huruf di Indonesia pada orang dewasa atau penduduk berusia di atas 15 tahun, menurut laporan UNESCO, pada 2002 hanya 87,9 persen. Angka tersebut kalah jika dibandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia (88,7 persen), Vietnam (90,3 persen), dan Thailand (92,6 persen) di tahun yang sama.
Menumbuhkan kebiasaan membaca buku menjadi tantangan bagi bangsa ini. Namun, tantangan itu tetap harus dihadapi bersama. Ini penting karena menyangkut kualitas hidup masyarakat Indonesia.
Tantangan yang tengah dihadapi bangsa ini, bukan lagi sekadar bagaimana agar seluruh penduduk negeri ini bisa membaca, menulis, dan menghitung. Tantangan terbesar adalah menyiapkan calon penerus bangsa ini menjadi menjadi generasi pemenang.
Untuk mewujudkan itu, ada tiga modal utama yang harus dimiliki, yaitu literasi dasar, kompetensi utama, dan karakter. Terkait literasi dasar, selain kemampuan baca tulis dan hitung, juga harus dibarengi kemampuan literasi lainnya seperti literasi IT, literasi sains juga literasi finansial, dan kemampuan literasi lainnya yang sejalan dengan tuntutan jaman.
Modal berikutnya kompetensi yang dibutuhkan di masa depan, yaitu kemampuan untuk berpikir kritis, kemampuan untuk kreatif, kemampuan untuk berkomunikasi, kemampuan untuk bekerja sama.
Menurut Supriyanto, Pustakawan Utama Perpustakaan Nasional, meningkatkan kegemaran membaca, dimulai dari menumbuhkan reading interest, reading habbit, reading culture, sampai reading skill.  Sehingga pengetahuan yang diperoleh dari membaca menjadi ‘alat’ bagi untuk berdaya dan mencerdaskan kehidupan berbangsa.
Gratiskan Pengiriman Buku
Tahun 2017 atau 15 tahun peringatan Hari Buku Nasional, upaya meningkatkan literasi masyarakat terus menggeliat. Bahkan kian menggelora. Buktinya, bertepatan dengan peringatan Hari Buku Nasional, Presiden Joko Widodo menepati janjinya saat bertemu dengan para pegiat literasi yang diundangnya ke Istana, 2 Mei 2017.
Seperti dikutip Tempo.co, Presiden Joko Widodo mengeluarkan kebijakan menggratiskan pengiriman buku lewat kantor Pos Indonesia pada tanggal 17 setiap bulan. Kebijakan menggratiskan biaya pengiriman buku ke daerah ini artinya pemerintah menanggung biaya pengiriman buku tersebut. Upaya ini dilakukan untuk memperkuat minat baca pada anak-anak.
"Sesuai dengan janji saya pada seluruh pegiat literasi, pegiat minat baca, setiap bulan, ada satu hari kita bisa mengirimkan buku ke pelosok Tanah Air lewat kantor Pos setiap tanggal 17 itu digratiskan," kata Jokowi setelah memperingati Hari Buku Nasional di halaman tengah Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu, 17 Mei 2017.
Khusus untuk bulan Mei ini, penggratisan dilakukan pada tanggal 20. Untuk bulan-bulan berikutnya, pengiriman buku gratis dilakukan setiap tanggal 17. Dia berharap upaya ini akan memperkuat minat baca pada seluruh masyarakat, khususnya pada anak-anak.
"Tadi sudah saya telepon ke Menteri BUMN, ke Kantor Pos, agar disediakan 1 hari saja untuk kirim buku itu gratis. Sudah disetujui. Setiap bulan. Ini masukan, ini masukan dari Bapak, Ibu para pegiat tadi, pegiat literasi agar nantinya kirim buku antar pustaka ini lebih gampang, lebih mudah, dan tidak terbebani oleh biaya," kata Jokowi saat bertemu pegiat literasi di Istana Negara, 2 Mei lalu.
Pengiriman buku gratis ini, kata Jokowi, akan membuat buku-buku yang dikirim ke daerah menjadi lebih murah. "Karena kami tahu ongkos kirim dari kota ke desa, dari Jawa ke luar Jawa lebih mahal dari harga bukunya," kata Jokowi.

http://donasibuku.kemdikbud.go.id/artikel/merayakan-hari-buku-nasional

Selasa, 18 Juli 2017

GELIAT GERAKAN INDONESIA MEMBACA dan KAMPUNG LITERASI 2017


Senin, 17 Juli 2017

PESONA KUNING MERONA DI TBM HARAPAN BANGSA


SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1438 H


LOMBA MEWARNAI DAN MELUKIS DALAM RANGKA HARI PENDIDIKAN NASIONAL TAHUN 2017














Kembangkan Soft Skill-mu,Raih 4 Keuntungan Ini dengan Aktif Jadi Sukarelawan



Untuk kamu yang mahasiswa atau masih di usia cukup muda, ada baiknya mengembangkan soft skill dan kepribadian, dengan menjadi volunteer atau sukarelawan. Jangan hanya memikirkan keuntungan imbalan, sebab dengan menjadi sukarelawan, ada banyak manfaat bisa kamu raih. Apa saja? Yuk, simak!
kembangkan soft skill-mu,raih 4 keuntungan ini dengan aktif jadi sukarelawan
Di era teknologi informasi seperti saat ini, menambah ilmu agar senantiasa cerdas dan up-to-date dengan perkembangan zaman, wajib hukumnya. Untuk kamu yang mahasiswa, sepertinya tidak bisa lagi hanya mengandalkan ilmu yang didapat di kampus.
Jika punya waktu luang -dan bahkan bukan sekadar waktu luang sebab harusnya kita bisa mengalokasikan waktunya- ada baiknya kita mengisi waktu dengan melakukan berbagai kegiatan, yang bisa mengembangkan kemampuan dan passion kita.
Selain internship atau magang, menghabiskan waktu sebagai volunteer atau sukarelawan bisa jadi alternatif untuk mengisi waktu, sambil mendapat berbagai pembelajaran yang mungkin tidak kamu dapatkan dari kampus.
Dengan menjadi sukarelawan, kita bukan sekadar mengerjakan sesuatu tanpa mendapat imbalan berarti. Namun kita juga bisa mendapatkan benefit lain yang bermanfaat untuk pengembangan diri.
Pengalaman dan kemampuan baru
Jadi sukarelawan bisa memberikan kamu pengalaman baru yang tidak didapatkan selama perkuliahan. Dengan menjadi sukarelawan, kamu bisa bebas mengajukan aplikasi pada posisi apapun, meski itu mungkin tidak sejalan dengan dasar pendidikan kamu.
Misalnya, mahasiswa kedokteran ingin mejadi relawan di bidang public relations. Atau mahasiswa kedokteran gigi ingin jadi desainer grafis. Tentu sah-sah saja.
Di bawah pendampingan supervisor atau mentor berpengalaman yang akan mengarahkanmu untuk jadi lebih baik, tentu membawa manfaat sendiri bagi kamu yang ingin mengasah kemampuan sesuai passion.
Punya banyak teman lintas kampus
Selama menjadi sukarelawan, kamu bisa bertemu teman-teman baru yang berasal dari kampus atau sekolah yang beragam. Bahkan bisa jadi, berasal dari kota yang berbeda dengan kamu.
Artinya, kamu bisa punya teman-teman baru yang super seru. Teman-teman lintas kampus ini, juga bisa jadi sumber rezeki buatmu di masa depan, lho. Bukan tidak mungkin, setelah lulus nanti kamu diminta untuk membantu mengerjakan proyek-proyek mereka.
Tapi, punya teman yang berbeda kampus atau kota, itu artinya kamu juga harus belajar untuk mengasah empatimu. Karena perbedaan latar belakang bukan tidak mungkin membuat kalian punya pandangan yang berbeda tentang beberapa hal.
Memperluas jejaring
Serunya jadi sukarelawan, kamu jadi punya kesempatan untuk bertemu lebih banyak orang. Mulai dari pengisi acara, peserta, sampai pihak-pihak yang mendukung pelaksanaan kegiatanmu, misalnya event organizer atau mitra media, misalnya.
Ketika mereka menjalankan kegiatan, otomatis mereka bisa berkomunikasi secara langsung dengan para pendukung kegiatan, dalam posisi setara. Sekalipun acaranya sudah selesai, kamu bisa tetap menjaga relasi dengan mereka.
Jejaring sesungguhnya adalah bukan soal siapa yang kita kenal, tapi siapa yang mengenal kita. Kita tidak pernah tahu, siapa yang mungkin membantu kita di masa depan.
Menambah portofolio
Selagi masih muda, portofolio memang penting sekali untuk meningkatkan kepercayaan dan reputasi. Apalagi kalau kamu ingin membuat usaha sendiri setelah selesai kuliah.
Mengumpulkan portofolio bisa dimulai dari mengerjakan berbagai proyek berbasis sukarelawan. Apalagi kalau proyek yang kamu pegang itu sukses, dan mendapat banyak apresiasi dari publik.
Banyak sekali profesi yang membutuhkan portofolio, misalnya fotografer, videografer, desainer grafis, public relations, dan lain-lain. Jika ingin mendapat kesempatan mengelola proyek besar, tentu harus punya portofolio yang cukup menarik juga, bukan?
Mungkin menjadi sukarelawan tidak selalu menjanjikan pemasukan yang cukup memadai. Namun berbagai potensi benefit yang didapat, bisa jadi investasi jangka panjang.

Apalagi jika kamu menyadari bahwa relasi itu sesuatu yang sangat mahal dan bermakna. Dari hal sederhana seperti mulai menjadi sukarelawan di berbagai kegiatan, kamu mungkin bisa menyumbang perubahan cukup besar di kehidupan. Yuk, bersukahati jadi sukarelawan! (OW/DI)

http://sabran11.blogspot.co.id/2016/05/4-keuntungan-aktif-jadi-sukarelawan.html

Entri yang Diunggulkan

WAJAH BARU TBM HARAPAN BANGSA