Minggu, 13 Agustus 2017

Upaya Pemerintah Kabupaten Sragen dan Masyarakat Tingkatkan Ketersediaan Buku Bacaan


Upaya Pemerintah Kabupaten Sragen dan Masyarakat Tingkatkan Ketersediaan Buku Bacaan
Perpustakaan keliling di Sragen turut tingkatkan budaya baca.
Sragen telah mendeklarasikan dirinya sebagai Kabupaten Literasi pada tanggal 27 Mei 2016 yang lalu. Upaya dan aksi nyata untuk mewujudkan kabupaten literasi telah banyak dilakukan, baik oleh Pemerintah Kabupaten Sragen maupun oleh masyarakat secara mandiri. Upaya-upaya yang dilakukan terkait dengan pembiasaan, keteladanan dan suplai buku. Ketiga upaya tersebut terus dilakukan demi terwujudnya budaya baca dan Sragen sebagai Kabupaten Literasi.
Upaya pembiasaan dan keteladanan banyak dilakukan oleh instansi-instansi terutama sekolah baik di tingkat dasar hingga menengah. Pembiasaan dilakukan dengan memberlakukan jam membaca bagi siswa dan guru, penyediaan sudut baca, penulisan resume hingga pemberian reward bagi siswa yang banyak menuliskan resume dalam kurun waktu tertentu. Penyediaan sudut-sudut baca juga banyak dilakukan oleh instansi lain seperti dinas kesehatan dan rumah sakit, kelurahan/kantor desa dan beberapa instansi lain yang banyak melakukan pelayanan publik serta Perpustakaan Daerah dengan perpustakaan kelilingnya.
Upaya yang ketiga untuk benar-benar mewujudkan kabupaten literasi adalah suplai buku. Hal ini dirasa sangat penting bagi pemerintah Kabupaten Sragen sehingga pemeritah Kabupaten Sragen melakukan beberapa hal sebagai berikut :
1.    Pembangunan perpustakaan di 11 titik  dengan nilai masing-masing adalah Rp 120.000.000  untuk pembangunan /rehab gedung, mebel dan pengadaan buku-buku perpustakaan menggunakan dana APBN 2016.
2.    Memberikan bantuan berupa buku perpustakaan non pelajaran di 38 SD senilai Rp 2.190.766.000 di tahun 2016.
3.    Sekolah-sekolah memberlakukan pengadaan buku fiksi untuk sudut baca sebesar 5% dari BOS untuk penambahan koleksi buku perpustakaan sesuai dengan petunjuk BOS tahun 2016. Hal ini juga ditekankan oleh Bupati Sragen dalam pembukaan Sragen Book Fair pada tanggal 14 Agustus 2016.
4.    Penambahan buku-buku dari Perpustakan Nasional ke Perpustakaan Daerah Kabupaten Sragen. Penambahan buku tahun ini bertepatan dengan Safari Gerakan Nasional Gemar Membaca di Kabupaten Sragen Tahun 2016 pada tanggal 4 Agustus 2016 di Pendopo Sumonegaran – Rumah Dinas Bupati Sragen yang diselenggarakan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Kegiatan ini dilaksanakan di Kabupaten Sragen dengan tema “Membangun Karakter Bangsa Melalui Gemar Membaca Dengan Memberdayakan Perpustakaan”  untuk meningkatkan minat baca di masyarakat. Kegiatan tersebut diikuti Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), guru, pustakawan, pegiat taman bacaan, pemerhati perpustakaan, LSM, organisasi profesi, Tim Penggerak PKK, tokoh agama dan tokoh masyarakat.
5.    Upaya penyediaan buku murah yang dilaksanakan oleh Perpusda bekerjasama dengan Gramedia dalam kegiatan Sragen Book Fair bertempat di  Gedung Kartini Kabupaten Sragen, sejak tanggal 25 Agustus 2016 sampai 8 September 2016. Dalam kegiatan ini disediakan berbagai macam buku baru dan murah yang diharapkan mampu meningkatkan Budaya Membaca Masyarakat di Kabupaten Sragen, sekaligus meningkatkan Apresiasi Masyarakat terhadap Dunia Perbukuan di Tanah Air. Demikian menurut Kepala Perpusda Kabupaten Sragen Ibu Dra Tri Andiyas Wororetno. Sragen Book Fair 2016 juga dimanfaatkan Kepala Sekolah dan Kepala Desa, untuk menambah koleksi buku di perpustakaan sekolah dan perpustakaan desa, sebagai salah satu bagian dari gerakan Sragen sebagai Kabupaten Literasi.
6.    Upaya penambahan buku di perpustakaan desa juga sudah dilakukan sejak tahun 2011, dengan diterbitkannya Surat Edaran (SE) Bupati Sragen Nomor 041/250/036/2011 tentang alokasi dana desa bagi pengembangan perpustakaan desa. Surat edaran ini merupakan tindak lanjut dari Surat Edaran (SE) Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor : 143/161/PMD/2011, tanggal 10 Januari 2011. SE Kemendagri ini memberikan legalitas bagi penggunaan Alokasi Dana Desa untuk pemberdayaan perpustakaan desa. Prioritas penggunaan anggaran adalah untuk pengadaan buku dalam rangka memenuhi standar koleksi ideal. Koleksi perpustakaan desa menurut Standar Nasional Indonesia (SNI) adalah minimal 1.000 judul. Kebijakan tersebut sangat mendukung deklarasi Sragen sebagai Kabupaten Literasi.
Selain upaya pemerintah kabupaten yang sangat gencar dalam meningkatkan jumlah buku bacaan, masyarakatpun termotivasi untuk mengupayakan ketersediaan buku secara mandiri. Beberapa hal yang dilakukan masyarakat secara mandiri adalah sebagai berikut:
1.    Sumbangan buku dari masyarakat untuk perpusda pada saat deklarasi Kabupaten Literasi. Pada saat deklarasi Kabupaten Sragen sebagai Kabupaten Literasi masyarakat dihimbau membawa buku bacaan yang akan dibaca pada saat membaca bersama di alun-alun Kabupaten Sragen, setelah dibaca buku-buku tersebut disumbangkan kepada Perpusda Kabupaten Sragen.
2.    Banyak sekolah memprogramkan: siswa yang lulus memberikan  buku bacaan ke sekolah. Hal ini sudah dilakukan di banyak sekolah baik tingkat SD, SMP maupun SMA. Buku-buku yang disumbangkan berupa buku bacaan yang akan menambah koleksi perpustakaan sekolah.
3.    Upaya penyediaan buku bacaan juga dilakukan oleh Rumah Zakat, di mana Rumah Zakat menyediakan perpustakaan keliling dengan sebuah mobil yang dinamakan mobil Juara Rumah Zakat. Selain menyediakan buku-buku bacaan, Rumah Zakat juga menyelenggarakan berbagai lomba menarik bagi siswa-siswa di sekolah yang dikunjungi.

http://prioritaspendidikan.org/id/post/1259/upaya-pemerintah-kabupaten-sragen-dan-masyarakat-tingkatkan-ketersediaan-buku-bacaan
 Kamis, 10 Agustus 2017 | 09:22 WIB

Sahabat Perpustakaan Antarkan SDN Temas 1 Juara Nasional

Sahabat Perpustakaan Antarkan SDN Temas 1 Juara Nasional
Siswa sedang membaca di perpustakaan sekolah yang nyaman.
BATU, JAWA TIMUR – Ingin perpustakaan menjadi tempat tujuan yang menyenangkan untuk anak-anak? Belajarlah dari SDN Temas 1 Kota Batu. Sekolah ini dahulu sangat tidak diperhitungkan. Menurut sang kepala sekolah Mahmudah MPd, sekolah ini dulu sempat di cap sebagai sekolah buangan. “Sampai ada singkatan Temas itu kepanjangannya tempat masalah,” gurau Mahmudah membuka percakapan.
Segala upaya dia lakukan, mulai pembenahan fisik, sarana, dan pembelajaran. Salah satunya adalah perpustakaan. Kegiatan budaya baca mulai diberlakukan di semua kelas tanpa kecuali setelah mendapat pelatihan dari USAID PRIORITAS. “Begitu pulang dari pelatihan, besoknya saya langsung berbenah dengan menerapkan ilmu dari USAID PRIORITAS ke sekolah,” terangnya.
Dia bersama para guru membuat pojok-pojok baca diletakkan di setiap sudut kelas dengan beragam koleksi buku yang diambil dari buku-buku perpustakaan. Ada pula rak-rak buku yang diletakkan di depan setiap kelas. Perpustakaan juga dilakukan pembenahan total. Perpustakaan yang dulu hanya digunakan sebagai gudang buku difungsikan kembali dengan lebih maksimal. Dia mempekerjakan dua pustakawan yang khusus menjalankan program perpustakaan.
Salah satu program pustaka adalah 'sahabat perpustakaan'. Pustakawan memilih 25 anak yang menjadi sahabat perpustakaan. Mereka dipilih dari siswa yang sering berkunjung dan menghabiskan waktu istirahat dengan membaca di perpustakaan. Tugasnya, setiap pagi pukul 07.00 mereka mengambil buku di perpustakaan untuk dibawa ke rak depan setiap kelas. Buku tersebut ditata dengan rapi.
“Biasanya saat jam istirahat, buku-buku itu laris dibaca temanteman,” ungkap Caca Veronia Amanda Rasya, siswa kelas V yang menjadi salah satu sahabat perpustakaan. Sesaat sebelum pulang, para sahabat perpustakaan mengambil buku-buku tersebut dan mengembalikannya ke perpustakaan. “Beberapa teman ada yang pesan minta besoknya kami bawakan buku, misalnya buku resep atau buku tentang cerita rakyat,” ungkap Caca.
Rak buku oleh Mahmudah juga diletakkan di bawah pohon-pohon besar di halaman sekolah. Ada sekitar 5 pohon beringin ukuran sedang, di bawahnya terdapat tempat duduk dan rak-rak buku terbuat dari kayu. Tak hanya siswa saja, orang tua yang mengantar siswa ke sekolah dan menunggu juga menikmati beragam koleksi buku di perpustakaan 'pohon'.
Sementara itu di kelas-kelas, setiap pagi siswa melaksanakan program membaca senyap selama 15 menit. Usai membaca, mereka mengambil buku jurnal yang diletakkan di kantong-kantong buku jurnal di kelas. Selesai mengisi buku, salah satu dari mereka maju kedepan untuk menceritakan kembali isi buku. Siapa sangka, konsep ini berhasil mengantarkan sekolah ini menjadi juara I dalam Lomba Budaya Mutu SD tingkat nasional untuk komponen perpustakaan yang diadakan
 
Selasa, 09 Mei 2017 | 08:15 WIB
http://prioritaspendidikan.org/id/post/1196/sahabat-perpustakaan-antarkan-sdn-temas-1-juara-nasional
Kemendikbud di Balikpapan, Kalimantan Timur, pada Oktober 2016 lalu. (Dkd)

Entri yang Diunggulkan

WAJAH BARU TBM HARAPAN BANGSA