Semoga
bermanfaat....
--------------------------------------
--------------------------------------
PERPUSTAKAAN
KELUARGA
Sebuah Upaya Membangun Pengetahuan Bersama
Sebuah Upaya Membangun Pengetahuan Bersama
oleh
WIEN MULDIAN
WIEN MULDIAN
"Saya
sangat heran dan terinspirasi bagaimana di Indonesia, sebuah perpustakaan
keluarga yang dibangun bisa dimanfaatkan koleksinya oleh masyarakat di sekitar
keluarga itu tinggal. Dan, lalu berkembang menjadi perpustakaan komunitas atau
taman bacaan masyarakat." ungkap Stian Haklev, mahasiswa International
Development Studies, University of Toronto, dalam surat elektroniknya kepada
saya.
Ia melihat
fenomena ini berbeda dengan negara-negara lain yang pernah ia kunjungi, di mana
"perpustakaan" didirikan oleh negara untuk melayani kebutuhan
informasi rakyatnya. Haklev pernah meneliti perkembangan perpustakaan dan
literasi di Indonesia. Sebelum jauh sampai ke fenomena perpustakaan komunitas
yang sedang "mewabah" di Indonesia, mari kita kenali dulu apa yang
dimaksud dengan perpustakaan keluarga serta aktivitas di dalamnya.
Kebiasaan
Membaca
Membaca pada
dasarnya perlu dipupuk di setiap rumah keluarga Indonesia, di mana keluarga
berperan penting mewujudkan budaya baca. Bila memungkinkan membaca sudah dapat
dijadikan aktivitas harian sekeluarga, seperti halnya menonton televisi, makan
bersama dan beribadah bersama.
Untuk
menciptakan suasana seperti itu adalah penting untuk menyediakan kebutuhan
bacaan yang mengandung ilmu pengetahuan maupun rekreasi sekeluarga di rumah.
Manfaat lainnya, membaca juga dapat menanamkan sikap saling membantu seluruh
anggota keluarga dalam proses pembelajaran pengetahuan di rumah.
Lazimnya
setiap orang mempunyai bahan bacaan yang dibeli dan disimpan sendiri. Koleksi
ini bisa dikumpulkan dan disusun di suatu tempat di dalam rumah. Pada tahap
awal mungkin baru dalam berbentuk rak-rak buku yang kemudian dapat berkembang
menjadi sebuah perpustakaan keluarga dengan fasilitas yang semakin lengkap dan
nyaman. Perpustakaan keluarga bisa dibuat sesuai kondisi dan kebutuhan setiap
keluarga.
Sebuah
keluarga yang telah menjadikan perpustakaan sebagai jantung sebuah rumah bisa
dikatakan telah mengerti fungsi dan manfaat keberadaan tempat pengetahuan
tersebut. Kemudian, pada tingkat lanjut, mereka menjadi paham benar bahwa buku
dan pengetahuan bisa memengaruhi hidup mereka agar menjadi semakin baik.
Penataan
Ruang
Desain dan
penataan perpustakaan keluarga dapat disesuaikan dengan kebutuhan penghuni
rumah. Misalnya, ada yang menginginkan perpustakaan itu juga menjadi ruang baca
atau sekadar tempat untuk mengisi waktu luang dan rileks semata. Ada juga yang
mendesain perpustakaan dengan serius, misalnya dibuat khusus dengan dinding
kaca yang berbatasan langsung dengan taman atau kolam agar dapat menikmati
keasrian rumah sambil membaca buku. Ada juga yang menatanya sekaligus menjadi
ruang kerja, yang juga menyimpan berbagai dokumen dan surat-surat.
Perpustakaan
keluarga sebagai tempat rekreasi pengetahuan juga sangat mungkin dikembangkan
dengan menyediakan koleksi audio-visual. Dia menyediakan televisi, multimedia
player, komputer beserta koleksi film fiksi bermutu, film dokumenter dan pengetahuan.
Play Station dan alat permainan interaktif berbasis komputer dan teknologi
lainnya tentu tidak dianjurkan ditempatkan di dalam perpustakaan keluarga.
Penempatan
televisi dan multimedia player pun sebenarnya riskan digabung di dalam
perpustakaan keluarga. Bila kesadaran atas pembelajaran sudah mendominasi
keluarga, tidak menjadi masalah. Tapi, kalau belum, cukup koleksi audio
visualnya saja yang ditempatkan di perpustakaan. Yang paling penting adalah
kenyamanan dan fungsi perpustakaan di tengah keluarga.
Ruang
perpustakaan juga harus memiliki sirkulasi udara dan tata cahaya yang baik.
Bila memang diperlukan, keberadaan penyejuk ruangan (AC) dimungkinkan. Begitu
juga suasana ruangan yang idealnya jauh dari ruang-ruang yang menimbulkan suara
bising, seperti dapur dan garasi. Hindari koleksi yang ada di rak terkena
langsung sinar matahari karena dapat merusak bahan pustaka yang dikoleksi.
Pengembangan
Koleksi
Koleksi
bahan bacaan di dalam sebuah perpustakaan keluarga masih lemah dalam pemilihan
subyek dan jenisnya. Biasanya koleksi itu monoton pada tema-tema tertentu saja,
yang kadang mengikuti minat berlebihan seseorang di dalam keluarga.
Koleksi yang
paling umum di dalam sebuah perpustakaan adalah menyediakan berbagai referensi,
seperti ensiklopedia, kamus, buku manual, direktori dan berbagai panduan
lainnya. Termasuk di dalamnya buku-buku how to yang dapat membantu setiap
anggota keluaga untuk masalah keseharian, misalnya panduan P3K, perawatan
peralatan rumah tangga dan perbaikan instalasi listrik.
Koleksi
berikutnya adalah buku-buku fiksi yang biasanya tergantung pada minat
masing-masing anggota keluarga pada novel, karya sastra, komik dan buku-buku
fiksi lainnya. Kemudian masuk ke buku-buku pengetahuan, baik itu yang populer
maupun akademis/ilmiah. Buku-buku pengetahuan ini biasanya lebih banyak ke
subyek-subyek yang sesuai dengan jenis dan tingkat pendidikan anggota keluarga.
Buku-buku
pelajaran dan pengetahuan bisa jadi akan mendominasi rak-rak buku bila keluarga
memiliki kecenderungan gandrung akan perkembangan pengetahuan dan teknologi.
Bila sebuah keluarga lebih menjadikan buku sebagai sarana penghibur, maka
buku-buku fiksi akan lebih melimpah. Bila keluarga mendukung keberadaan koleksi
audio-visual, maka DVD, VCD dan kaset yang berisi kisah-kisah fiksi dan
pengetahuan akan menjadi koleksi perpustakaan keluarga.
Dalam
pemilihan koleksi, terutama untuk anak-anak, idealnya ada tingkatan bacaan yang
disesuaikan dengan umur anak. Karena di Indonesia belum tersedia, maka bisa
dimulai dari bacaan yang ringan dan disukai anak dulu dan terus meningkat
sampai ke apa yang diinginkan orang tua. Di negara-negara maju, buku bacaan
anak sudah memiliki peringkat standar berdasarkan umur dan tingkat kebutuhan
atas bacaan.
Pengadaan
Bacaan
Berkembangnya
sebuah perpustakaan keluarga sangat terkait dengan sejauh mana keseriusan
setiap anggota keluarga mengadakan koleksinya. Bila membeli buku sudah menjadi
kegiatan rutin di dalam keluarga, maka bertambahnya koleksi akan terus
berlangsung setiap waktu. Biasanya ada keluarga yang pergi bersama ke toko buku
setiap bulannya, tetapi ada juga yang dilakukan oleh masing-masing anggota
keluarga. Dalam kondisi seperti ini setiap keluarga sudah mengalokasikan dana
khusus.
Pengadaan
buku yang lebih banyak biasanya terjadi bila ada anggota keluarga yang
melakukan perjalanan ke luar negeri. Kadang mereka memborong buku-buku yang
sulit didapat di Indonesia. Biasanya ada dana khusus yang memang disiapkan dan
bisa dipastikan ada anggota keluarga lain yang juga menitipkan sejumlah judul
untuk dibeli.
Bila di
dalam koleksi perpustakaan keluarga dikembangkan secara khusus subyek tertentu
mengikuti penokohan keilmuan dari salah satu anggota keluarga, maka bahan
pustaka yang ada akan berkembang menjadi tema-tema tertentu. Pendokumentasian
ini akan berkembang menjadi koleksi khusus. Beberapa contoh adalah koleksi
Nurcholis Madjid, Sarlito Wirawan atau HB Jassin yang dikembangkan pada subyek
tertentu.
Penyusunan
Pustaka
Semakin
banyaknya koleksi perpustakaan maka perlu adanya pengelompokan dan penyusunan
di rak. Pada awal biasanya dikelompokkan berdasar ukuran buku dan bukan
berdasar klasifikasi kelompok pengetahuan.
Walaupun
perpustakaan pribadi bukan perpustakaan umum, sudah saatnya kita menata buku
berdasar klasifikasi. Klasifikasi yang umum digunakan adalah Dewey Decimal
Classification (DDC) atau Universal Decimal Classification (UDC). Dalam sistem
klasifikasi DDC, kita membagi bahan pustaka dalam kelompok karya umum (berkode
000), karya filsafat (100), agama (200), ilmu-ilmu sosial (300), bahasa (400),
ilmu-ilmu murni (500), teknologi/ilmu terapan (600), kesenian (700),
kesusastraan (800), serta geografi, biografi dan sejarah (900). Untuk koleksi
buku fiksi dan anak bisa dikelompokkan sendiri. Teknik mengklasifikasinya dapat
dicari di berbagai bahan yang tersedia di internet.
Ilmu tentang
klasifikasi pengetahuan ini idealnya sudah dikembangkan di tengah-tengah
keluarga. Hal ini akan bermanfaat ketika ada yang memanfaatkan berbagai
perpustakaan umum, baik di Indonesia maupun di negara lain. Secara umum
klasifikasi buku di rak-rak perpustakaan seragam. Di banyak negara, proses
pembelajaran penggunaan perpustakaan dan ilmu klasifikasi pengetahuan telah
diajarkan sejak anak-anak.
Inventarisasi
dan pencatatan koleksi idealnya sejak awal telah dikembangkannya di sebuah
perpustakaan keluarga. Dengan terdokumentasinya setiap buku yang masuk ke
koleksi, maka akan memudahkan setiap anggota keluarga mengetahui buku-buku yang
sudah ada di rak perpustakaan. Pencatatan ini dapat mencegah terbelinya buku yang
sama dan mengetahui buku yang sedang dipinjam oleh kerabat dan teman.
Biasanya
perpustakaan mengenal buku induk. Buku induk ini bisa mencatat apa saja terkait
dengan koleksi berdasar kebutuhan yang ada.
Di dunia perpustakaan Indonesia tersedia perangkat lunak perpustakan gratis yang menggabungkan buku induk dan klasifikasi koleksi. Di antaranya adalah perangkat lunak Senayan Library and Information Management System (SLIMS) yang dapat diunduh melalui internet.
Di dunia perpustakaan Indonesia tersedia perangkat lunak perpustakan gratis yang menggabungkan buku induk dan klasifikasi koleksi. Di antaranya adalah perangkat lunak Senayan Library and Information Management System (SLIMS) yang dapat diunduh melalui internet.
Dengan
perangkat lunak ini, perpustakaan keluarga bisa dengan mudah mencatat,
mengklasifikasi dan mengatur penempatan buku di rak. Bahkan ia juga dapat
mendata keanggotaan, kalau memang diperlukan, ketika perpustakaan dikembangkan
melayani kerabat, teman dan tetangga.
Aktivitas
Perpustakaan
Perpustakaan
dapat dijadikan sebagai tempat berkumpulnya keluarga, selain meja makan dan
ruang ibadah. Aktivitas yang bisa dikembangkan bisa bermacam-macam, seperti
membacakan buku cerita secara rutin di tengah-tengah keluarga, semacam read
aload, mendiskusikan buku dengan tema tertentu secara berkala, mempresentasikan
bacaan yang berkesan dari seorang anggota keluarga, mengulas tema-tema hangat
di media massa atau kegiatan yang paling sederhana seperti bermain scrabble,
monopoli dan teka-teki silang.
Aktivitas
lebih lanjut yang lebih menggairahkan adalah ketika sudah meningkat ke tahap
proyek menulis yang sedang dilakukan salah satu anggota keluarga. Penulisan
adalah tingkat lanjut dari aktivitas membaca, ketika individu menuangkan
gagasannya dan dikembangkan menjadi buku, baik itu fiksi maupun nonfiksi.
Anggota keluarga yang lain bisa mengambil peran mengkritik gagasan-gagasan sang penulis atau membandingkannya dengan buku-buku lain. Alangkah indahnya bila budaya membaca telah menyatu dengan budaya menulis di tengah-tengah keluarga.
Anggota keluarga yang lain bisa mengambil peran mengkritik gagasan-gagasan sang penulis atau membandingkannya dengan buku-buku lain. Alangkah indahnya bila budaya membaca telah menyatu dengan budaya menulis di tengah-tengah keluarga.
Di luar itu,
seperti pernyataan Haklev di awal tulisan ini, bila sebuah perpustakaan
keluarga berkembang menjadi pusat pendokumentasian pengetahuan, maka ia akan
dapat beralih fungsi menjadi perpustakaan komunitas dan taman bacaan masyarakat--ketika
negara tidak dapat mengakomodasi kebutuhan pengetahuan masyarakatnya. (WM)
WIEN MULDIAN
adalah Ketua Dewan Perpustakaan Jakarta, Pelaksana Harian Gerakan Literasi
Nasional Kemendikbud, Wakil Ketua Satgas Gerakan Literasi Sekolah, Ketua 1
Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia, Pendiri dan Penasehat
Forum Taman Bacaan Masyarakat, Pendiri Forum Indonesia Membaca, Pegiat di
Institut Literasi Indonesia dan Penggerak Jaringan Literasi Indonesia. Dapat
dikontak di hp/wa 0811889829 dan akun FB: Wien WM Muldian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar